This is a Heading

This is a paragraph.

Avatar -->

Wednesday, November 20, 2019

Standarisasi Larutan Standar Sekunder NaoH dengan H2C2O4


LAPORAN PRATIKUM KIMA ANALITIK
MODUL PERCOBAAN


DISUSUN OLEH
1.   QUNTA FADEL SYAMSUAR
2.   WAHYU SAPUTRA
3.   MUHAMMAD WARSA RIFKI
4.   OKTRIZA LORA


LABORATORIUM PROSES REAKSI KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA BAHAN NABATI
POLITEKNIK ATI PADANG
TP. 2015/2016

LEMBARAN PENGESAHAN
Kelompok                  :  1
Praktikum                  :  Kimia Analitik
Modul Percobaan      :  Standarisasi Larutan Standar Sekunder NaoH  dengan H2C2O4
Dosen Pembimbing   :  ADDIN AKBAR
Asisten                        :  1. Devani Adristi
  2. Farina Nuratika Harahap
No
Nama Praktikan
Buku Pokok
1.
OKTRIZA LORA
1512035
2.
QUNTA FADEL SYAMSUAR
1512001
3.
WAHYU SAPUTRA
1512032
4.
MUHAMMAD WARSA RIFKI
1512033

Catatan
Tanggal
Paraf Dosen Pembimbing










LEMBAR PENUGASAN
Kelompok                  :  1
Praktikum                  :  Kimia Analitik
Tanggal Praktikum   :  10 Maret 2016
Modul Percobaan      :  Standarisasi Larutan Standar Sekunder NaoH  dengan H2C2O4
Dosen Pembimbing   :  ADDIN AKBAR
Asisten                        :  1. Devani Adristi
  2. Farina Nuratika Harahap
No
Nama Praktikan
Buku Pokok
1.
OKTRIZA LORA
1512035
2.
QUNTA FADEL SYAMSUAR
1512001
3.
WAHYU SAPUTRA
1512032
4.
MUHAMMAD WARSA RIFKI
1512033

Penugasan;
 Dalam pratikum kali ini kmi para pratikan ditugaskan untuk
1.      Menentukan volume NaoH terpakai !
2.      N masa oksalat teliti ….!
3.      Volume asam oksalat yang digunakan !
4.      N NaoH yang tepat !


LEMBAR PENGAMATAN
Kelompok                  :  1
Praktikum                  :  Kimia Analitik
Tanggal Praktikum   :  10 Maret 2016
Modul Percobaan      :  Standarisasi Larutan Standar Sekunder NaoH  dengan H2C2O4
Dosen Pembimbing   :  ADDIN AKBAR
Asisten                        :  1. Devani Adristi
  2. Farina Nuratika Harahap
Metoda
Perc
V NaOH terpakai
Keterangan
Lansung
1
        10,2 ml
Masa oksalat tertimbang    =  0.3153 g
V oks =   50 ml

2
9.85 ml
3
   9.85 ml
Tidak Lansung
1
24.3
Masa oks tertim=  1.577 g
V oks =   25ml

2
25.5

Reaksi
C2H2O4.2 H2O +2 NaOH  -> Na2C2O4 + 2 H2O



BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam pratikum dilaboratorium kita akan menentukan suatu proses yang disebut titrasi atau penetralan ataupun pembakuan..
Untuk pembakuan tersebut digunakan zat baku yang disebut baku primer. Disamping itu, pembakuan juga dapat dilakukan dengan cara menggunakan larutan yang sudah dibakukan (baku sekunder).
Larutan baku primer adalah larutan yang konsentrasinya dapat diketahui dengan cara penimbangan zat dengan seksama. Contoh: NaCO3 anhdrat, Asam benzoate, Natrium chloride. Larutan baku sekunder adalah larutan yang konsentrasinya dapat diketahui dengan cara dibakukan terlebih dahulu.
Contoh: NaOH, NaNO2, H2SO4, Na2EDTA, I2.
Percobaan pembuatan dan pembakuan larutan ini sangat berperan penting dalam proses analisa volumetrik yang merupakan analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.
Dalam larutan analit (A) kita menambahkan zat indikator yang berfungsi untuk menunjukkan bahwa telah terjadi reaksi sempurna dari analit dengan pereaksi dengan adanya perubahan warna dari indikator.
I . 2 Tujuan Praktikum
  1. Praktikan dapat memahami dan menstandarisasi larutan baku sekunder NaOH dengan larutan baku primer.
2.      Dapat melakukan proses titrasi.
3.      Dapat mengetahui volume titrasi yang akan dibutuhkan dalm percobaan ini.
4.      Dapat membuat larutan baku dari bahan cair dengan konsentrasi tertentu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LarutanAsidi dan alkalimetri
Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa.
Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen.
 Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator (Anonim 2009).
Titrasi asidi-alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam kuat-basa kuat, asam kuat-basa lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari asam lemah, basa kuat-garam dari basa lemah. Titrasi ini menggunakan indikator pH atau indikator asam-basa sebagai penanda karena memiliki sifat dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Warna asam ialah sebutan warna indikator ketika dalam keadaan asam dan warna basa ketika dalam keadaan basa (Harjadi 1986).
Potensiometri yaitu pengukuran tunggal terhadap potensial dari suatu aktivitas ion yang diamati, hal ini terutama diterapkan dalam pengukuran pH larutan (Basset 1994).Proses potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume titran yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini dapat digunakan bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).

2.2 Analisatitrimetri atau analisa volumetric
Adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standardtersebut berlangsung secara kuantitatif. Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahuikonsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas) (Shochichah,2010).
Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke dalam suatu erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai. Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan warna Perubahan ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena penambahan suatu zat yang disebut indikator. Titik di mana terjadinya perubahan warna indikator ini disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir teoritis (titik ekuivalen). Dalam prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebut kesalahan titrasi (Sukmariah, 1990).
Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau kita memakai sistem ekivalen (larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi = jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah (Sukmariah, 1990).

2.3 Indikator
Adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.Umumnyindikator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbaga iperubahan pH.
2.4 TitikEkuivalen
Adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar.  Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indikator yang menunjukkan titikekuivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya,titik ekuivalen lebih dahuludicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangatmempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa (Shochichah,2010).
2.5 Titik Akhir Titrasi
Titik dimana proses titrasi diakhiri disebut sebagai, ditandai dengan indicator sehingga mudah dilihat secara manual.
Jarak antara titik equivalent dan titik akhir titrasi tidak boleh terlalu jauh sehingga akan mempengaruhi hasil akhir titrasi.
2.6 Larutan baku primer
Adalah larutan baku yang konsentrasinya dapat ditentukan dengan jalan menghitung dari berat zat terlarut yang dilarutkan dengan tepat Contoh: H2C2O4, Na2C2O4, KBrO3, KIO3, NaCl, boraks, dan Na2CO3.
Larutan baku primer harus dibuat dengan:
a)      Penimbangan dengan teliti menggunakan neraca analitik
b)      Dilarutkan dalam labu ukur
Persyaratan standar primer
1.      Kemurnian tinggi (Pengotoran tidak melebihi 0,01 sampai 0,02 %)
2.      Stabil terhadap udara ( tidak higrokopis)
3.      Bukan kelompok hidrat
4.      Tersedia dengan mudah
5.      Cukup mudah larut
6.      Berat molekul cukup besar

Larutan standar yang ideal untuk titrasi
·         Cukup stabil sehingga penentuan konsentrasi cukup dilakukan sekali
·         Bereaksi cepat dengan analit sehingga waktu titrasi dapat dipersingkat
·         Bereaksi sempurna dengan analit sehingga titik akhir yang memuaskan dapat dicapai
·         Melangsungkan reaksi selektif dengan analit
2.7  Larutan baku sekunder
Zat baku sekunder adalah zat baku yang konsentrasinya harus dibakukan dengan zat baku primer. Contoh: NaOH, KOH, KMnO4, HCl, H2SO4

Ada dua cara menstandarkan larutan yaitu:
1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat. Larutan ini disebut larutan standar primer, sedangkan zat yang kita gunakan disebut standar primer.
2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zatkemudian melarutkannya untuk memperoleh volum tertentu, tetapi dapatdistandartkan dengan larutan standar primer, disebut larutan standar skunder.

Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar analisis tirimetri apabila memenuhi persyaratan berikut :
1.      Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
2.      Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga didapat kesetaraan yang pasti dari reaktan.
3.      Reaksi harus berlangsung secara sempurna.
4.      Mempunyai massa ekuivalen yang besar
Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke dalam suatu erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai. Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan warna
Perubahan ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena penambahan suatu zat yang disebut indikator. Titik di mana terjadinya perubahan warna indikator ini disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir teoritis (titik ekuivalen). Dalam prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebut kesalahan titrasi (Sukmariah, 1990).
Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau kita memakai sistem ekivalen (larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi = jumlah ekivalen zat penitrasi.
Nama
Jangka pH dala mana terjadiperubahan warna
Warna asam
Warna basa
Kuning metal
2 – 3
Merah
Kuning
Dinitrofenol
2,4 – 4,0
Tak berwarna
Kuning
Jingga metal
3 – 4,5
Merah
Kuning
Merah metal
4,4 – 6,6
Merah
Kuning
Lakmus
6 -8
Merah
Biru
Fenophtalein
8 – 10
Tak berwarna
Merah
Timolftalein
10 -12
Kuning
Ungu
Trinitrobenzena
12 -13
Tak berwarna
Jingga
Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah
.Tabel 1.1 Indikator untuk asam dan basa

Perubahan warna indikator
Titrasi asam basa yaitu sebagai berikut:
1. Titrasi asam kuat dengan basa kuat
Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam kuat dan basakuat. Misal : HCl + NaOH NaCl + H2O
2. Titrasi asam lemah dan basa kuat
Pada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat.
Misal : Asam asetat dengan NaOH
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
3. Titrasi basa lemah dan asam kuat
Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari basa lemah dan asam kuat.
Misal : NH4OH dan HCl
NH4OH + HCl NH4Cl + H2O
4. Titrasi asam lemah dan basa lemah
Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basalemah. Misal : Asam asetat dan NH4OH
CH3COOH + NH4OH CH3COONH4 + H2O
pH larutan tergantung dari harga Ka dan Kb
Bila Ka > Kb larutan bersifat asam
Bila Kb < Ka larutan bersifat basa (Sukmariah, 1990).

Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetric yaitu, merupakan metode analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip pengukuran volume.

MacamAnalisaVolumetri
1. Gasometri
Adalah volumetric gas dan yang diukur (kuantitatif) adalah volume gas yang direaksikan atau hasil reaksinya
2.Titrimetri atauTitrasi
“Titrasi adalah suatu metode penentuan kadar (konsentrasi) suatu larutan dengan larutan lain yang telah diketahui konsentrasinya
Adalah pengukuran volume dalam larutan yang diperlukan untuk bereaksi sempurna dengan sevolume atau sejumlah berat zat yang akan ditentukan
Dalam setiap metode titrimetri selalu terjadi reaksi  kimia antara komponen analit dengan zat pendeteksi yang disebut titran.
Reaksi dasar antara komponen analit dengan titran dinyatakan dengan persamaan umum berikut ini:
Analit + Titran           Hasil reaksi
Titran (dalamburet) ditambahkan kedalam larutan analit (labuErlenmeyer) hingga tercapai titik ekivalen.
Larutan yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “analit” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “larutan standart atau titer” dan diletakkan di dalam buret.
JenisTitrasi
Berdasarkanjenisreaksinya,metodetitrimetridapatdibagimenjadi4golongan,yaitu:
·         asidi-alkalimetri,/Asam Basa
·         engendapan (Precipitasi)
·         oksidimetri, Oxidasi/reduksi
·         kompleksometri, Pembentukan kompleks 
Dalam menetapkan kuantitas komponen analit lebih banyak digunakan satuan ekivalen (ek) dibandingkan satuan mol,
Untuk asidi-alkalimetri dan oksidimetri.
Satu ekivalen asam atau basa menyatakan berat asam atau basa tersebut dalam gram yang dibutuhkankan untuk
melepaskan 1 (satu) mol H+atau 1 mol OH-.
Untuk Titrasi Redoks
Satu ekivalen oksidator atau reduktor menyatakan berat oksidator atau reduktor tersebut dalam gram yang dibutuhkankan untuk menangkap atau melepaskan 1 (satu) mol elektron dalam peristiwa oksidasi-reduksi.
Reaksi-reaksi
Hubungan
mol dgn ek
H3PO4      H++ H2PO4-
H3PO4     2 H++ HPO42-
NaOH      Na++ OH-
Ca(OH)2     Ca2++ 2 OH-
C2O42-      2CO2+ 2e-
MnO4-+ e-    MnO42-
MnO4-+ 8H++ 5e-     Mn2++ 4H2O
MnO4-+ 4 H++ 3e-     MnO2+ 2H2O
1 mol = 1 ek
1 mol = 2 ek
1 mol = 1 ek
1 mol = 2 ek
1 mol = 2 ek
1 mol = 1 ek
1 mot = 5 ek
1 mol = 3 ek
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Alat-alat


 




1.      Botol timbang =tempet menimbang bahan kimia berbentuk cairan
2.      Pipet gondok =mengukur volume larutan secara teliti
3.      Pipet takar =mengabil larutan volume tertentu
4.      Buret = alat untuk titrasi
5.      Erlenmeyer = wadah dalam proses titrasi
6.      Batabg pengaduk = untuk mengaduk larutan
7.      Gelas piala = wadah tempat menyimpan dan wadah larutan
8.      Labu ukur = tempat membuat larutan dengan teliti
9.      Statif  = penegak alat titrasi ( buret )
III.2 Bahan
1.      NaoH = larutan baku sekunder
2.      Asam oksalat  = larutan baku primer
3.      Aquades = pelarut
4.      Indicator fenol phatalein = digunakan saat melakukan titrasi pada larutan

III.3 Prosedur Percobaan
Pembuatan larutan standar asam oksalat (cara I)
1.      Ditimbang dengan teliti menggunakan neraca analitik, kurang lebih 0,630 gram asam oksalat (COOH)2.
2.      Dilarutkan dengan sedikit aquades (10 ml) secara kuantitatif, panaskan bila perlu dalam penangas air.
3.      Setelah larutan dingin, dimasukkan ke dalam Labu ukur 100 ml, melalui corong. Kemudian encerkan larutan di dalam Labu ukur sampai tanda batas.
Selanjutnya hitung konsentrasi dari larutan asam oksalat














III.4 Skema Kerja
Pembuatan larutan standar asam oksalat
Timbang ± 0…. Asam oksalat (COOH)2.2 H2O di dalam neraca analitik
Larutkan dengan aquades
Catat hasil penimbangan 4 desimal
            Panaskan dengan
 pengangas lalu dinginkan

                masukan kedala labu ukur 100 ml  melalui corong

                                                kocok sampai homogen lalu hitung
              konsentrasinya
Standarisasi NaoH
Siapka peralatan titrasi                     pipet masing2 10ml larutan asam oksalat
 


  
                                                Masukan kedalam erlenmeyer       bilas dengan sedikit
                                                                                                aquades
                 
 


+ indikator                  isi buret dengan larutan NaoH
                        nol kan volume buret dan keringkan dinding atas nya       lakukan titrasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Hasil
Dari percobaan yang telah dilakukan di dapat hasil sebagai berikut :
perc
Metode
V NaOH
V H2C204
[ ] NaOH
[ ] H2C2O4
1

Lansung
10.2 ml
50 ml
0.4902 N
0.1 N
2
9.85 ml
50 ml
0.5076 N
0.1 N
3
9.85 ml
50 ml
0.5076 N
0.1 N
1
Tidak Lansung
24.3 ml
25 ml
0.1029 N
0.1 N
2
25.5 ml
25 ml
0.0980 N
0.1 N

IV.2 Pembahasan
Pada percobaan kali ini larutan yang digunakan sebagai larutan baku primer adalah H2C2O4. 2H2O (asam oksalat). Asam oksalat adalah zat padat , halus, putih, larut baik dalam air. Asam oksalat adalah asam divalent dan pada titrasinya selalu sampai terbentuk garam normalnya. berat ekivalen asam oksalat adalah 63. Larutan baku sekunder adalah larutan baku yang konsentrasinya harus ditentukan dengan cara titrasi terhadap larutan baku primer.
Pada percobaan kali ini larutan yang digunakan sebagai larutan baku sekunder adalah NaOH. Larutan NaOH tergolong dalam larutan baku sekunder yang bersifat basa. Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. NaOH bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbondioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. NaOH juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil dari pada kelarutan KOH. NaOH tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non polar lainnya.

                        Perubahan warna yang terjadi pada Titik akhir titrasi adalah ”pink seulas”. Hal ini disebabkan karena pada titrasi ini kita menggunakan indikator PP, sebab indikator inilah yang cocok dengan titrasi penetralan karena Trayek PH nya adalah 8,3 – 10
                        Pada saat standarisasi NaOH mungkin saja terjadi kesalahan baik dalam menentukn titik akhir maupun dalam penimbangan sampel sehingga hal itu dapat mempengaruhi hasil dan keakuratan yang di peroleh. Dari pratikum yang dilakukan metode tidak lansung adalah metode yang sederhana namun metode lansung hasil yang didapat  lebih efektif terhadap V NaOH .
        













BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Dari pratikum ini kita telah mengetahui prinsip dari titrasi penetralan (asam-basa), sehingga kita dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Warna titik akhir titrasi penetralan adalah “pink seulas”.
2.      Konsentrasi tepat dari larutan baku skunder NaOH adalah 0.4902N.
3.      Indikator yang tepat digunakan adalah Indikator PP.
Jadi dari pratikum ini  kita telah dapat menentukan konsentrasi tepat dari larutan baku skunder NaOH dengan cara titrasi menggunakan larutan baku primer yaitu asam oksalat.

V.2 Saran
Jika perbedaan pembacaan volume titrasi pertama  dan kedua lebih besardari 0,5 ml, ulangi titrasi sekali lagi sampai perbedaan  tidak begitu jauh.









PERTANYAAN DAN JAWABAN
1.      Mengapa penimbangan NaOH tidak perlu dilakukan dengan menggunakan Neraca analitik ?
Jawab : karena NaOH termasuk pada salah satu contoh dari larutan baku sekunder yang konsentrasi tepatnya akan diketahui apabila dilakukanpembakuan terlebh dahulu dengan larutan baku primer.
2.      Jelaskan bagaimana anda melakukan, bila anda diminta membuat 100 ml larutan yang konsentrasinya 0,05 N dari larutan induk dengan konsentrasi 0,1 N. Dan jelaskan mengapa buret atau pipet takar yang akan digunakan untuk mengukur volume larutan harus dibilas terlebih dahulu dengan larutan yang akan digunakan ?
Jawab :
Dari soal telah diketahui : V1 = 100 ml
                                           N1 = 0.05 N
                                           N2  = 0.1 N
Maka perlu dicari V2 terlebih dahulu, memakai rumus pengenceran :
V1 * N1  = V2 * N2
100 ml. 0.05 N = V2 * 0.1 N
5 N.ml = V2 * 0.1 N
V2 = 50 ml
Setelah diperoleh V2, Maka dipipet larutan tersebut sebanyak 50 ml, dan masukkan ke dalam gelas ukur 100 ml, kemudian encerkan larutan sampai tanda batas.

·         Alasan kenapa buretharus dicuci dengan larutan NaOH terlebih dahulu agar larutan NaOH yang akan dilakukan standarisasi tidak terkontaminasi nantinya oleh zat lain yang dapat mempengaruhi konsentrasi dari NaOH, sehingga hasil yang diperoleh akan akurat

LAMPIRAN
Perhitungan
Pembuatan larutan Oksalat
                                                       
                                                        
Standarisasi NaOH dengan Oksalat
A.    Metoda lansung
Percobaan I :
Percobaan II :
Percobaan III :
B.     Metoda tidak lansung
Percobaan I :
Percobaan II :













DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A, Jr. 1998. Analisa Kimia Kuantitatif  Edisi 6. Jakarta : Erlangga.
Elizarni, 2015. Modul Penuntun Praktikum Kimia Analitik. Padang : Prodi Teknik
               Kimia ATIP.
Petrucci, Ralph. 1992. Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta :
               Erlangga.
Pratama, Anggi. 2003. Aplikasi Labview sebagai Pengukur Kadar Vitamin C
               dalam Larutan. Jakarta : Erlangga.



No comments:

Post a Comment

jangan lupa koment di kolom komentar ya !!!
saran, kritik,pertanyaan dan pendapat

SIMULASI SINTESIS BIODIESEL MENGGUNAKAN SOFTWARE ASPEN HYSYS DAN ASPEN PLUS

  SIMULASI SINTESIS BIODIESEL MENGGUNAKAN SOFTWARE ASPEN HYSYS DAN ASPEN PLUS Oktriza Lora *, Chykita Arnel Faculty of Industrial ...