This is a Heading

This is a paragraph.

Avatar -->

Wednesday, November 20, 2019

ADSORPSI






MODUL PERCOBAAN :
ADSORPSI


KELOMPOK : III

1.        OKTRIZA  LORA
2.      M. TOYYIB
3.      FALDA FABERDIANSYAH



LABORATORIUM PROSES INDUSTRI KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA BAHAN NABATI
POLITEKNIK ATI PADANG
TP. 2015/2016


LEMBARAN PENGESAHAN

Kelompok                  :  III
Praktikum                  :  Kimia Fisika
Modul percobaan      :  Adsorpsi
Dosen pembimbing   :  Elda Pelita
Asisten                        :  1. Hermansyah siregar
                                       2. Suci Wulandari

No
Nama Praktikan
Buku Pokok
Keterangan
1.
Falda Faberdiansyah
1512027

2.
M.toyyib
15120

3.
Oktriza lora
151203

4.



5.




Catatan
Tanggal
Paraf Dosen Pembimbing










LEMBAR PENUGASAN

Kelompok                  :  III
Praktikum                  :  Kimia Fisika
Modul percobaan      :  Adsorbsi
Dosen pembimbing   :  Addin Akbar
Asisten                        :  1.Hermansyah Siregar
                                       2. Suci Wulandari
No
Nama Praktikan
Buku Pokok

1.
Falda Faberdiansyah
1512027

2.
M.toyyib
15120

3.
Oktriza lora
15120

4.



5.




Penugasan :
Buat larutan asam asetat dengan konsentrasi berbeda
Ambil 10ml+ indicator pp dengan NaOH 0,5N
Asam asetat 25ml + adsorben (karbon aktif) ,kocok, tutup dengan aluminium foil
Saring dengan kertas saring
Titrasi filtrasi dan residu dengan NaOH

 












LEMBAR DATA PENGAMATAN

Kelompok                  : III
Praktikum                  :  Kimia Fisika
Modul percobaan      :  Adsorpsi
Tanggal praktikum   : 
Dosen pembimbing   :  Elda Pelita
Asisten                        :  1. Hermansyah Siregar

Data hasil pengamatan

Percobaan
V CH3COOH
KA
V NaOH awal
V NaOH
1
30
0,3072
1.2,2ml
 2.2,4ml
1. 1,9 ml
2.2ml
2
30
0,3049
1.7ml  
2.7,2ml
1.6,7ml
2.6,6ml
3
30
0,3002
1.12ml
2.12ml
1.11,5ml
2.11,5ml
4
30
0,3004
1.15,8ml
2.16,8ml
1.16,1ml
2.16,5ml

percobaan
merek
awal
akir
KA
1
Air tebu
coklat
Hijau seulas
0,3054 gram
2
Jus jeruk
kuning
Kuning seulas
0,3000 gram
3
AF 10
orange
bening
0,3018 gram
4
Extra
orange
bening
0,3007 gram
5
capucino
coklat
coklat
0,3000 gram


 


















BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dewasa ini,sistem pennjernihan dalam menyisihkan kandungan warna maupun organik demi mendapatkan suatu zat yang diinginkan memiliki beberapa macam teknik. Sistem pengolahan air limbah industri tekstil yang banyak ditujukan untuk menghilangkan warna dan yang umum digunakan adalah koagulasi-flokulasi. Proses biologi umumnya menggunakan proses lumpur aktif atau biofilter yang merupakan pengolahan lanjutan dengan tujuan untuk menurunkan kandungan organik lainnya. Kekurangan proses koagulasi-flokulasi adalah konsumsi bahan kimia yang tinggi dan menghasilkan lumpur kimia.
Alternatif pengganti untuk proses koagulasi-flokulasi adalah proses adsorpsi dengan menggunakan karbon aktif. Proses adsorpsi oleh karbon aktif terbukti memberikan hasil yang baik dalam menyisihkan kandungan warna maupun organik, namun biaya menjadi sangat mahal untuk mengganti karbon aktif yang jenuh. Untuk mengurangi biaya yang dibutuhkan dilakukan modifikasi proses dengan menggunakan sistem kombinasi fisik dan biologi, yaitu dengan memasukkan karbon aktif ke tangki aerasi lumpur aktif. Pemakaian karbon aktif dalam tangki aerasi lumpur aktif menghasilkan efisiensi pengolahan yang lebih baik dan biaya yang lebih ekonomis dibandingkan proses koagulasi-flokulasi dan proses adsorpsi denga karbon aktif.
Meningkatnya efisiensi penyisihan zat warna dan organik lainnya serta rendahnya biaya pada sistem ini adalah karena berkurangnya pemakaian karbon mikroorganisme. Walaupun demikian sampai saat ini mekanisme bioregenerasi tersebut masih belum dapat diungkapkan dengan jelas. Dengan latar belakang operasi yang diuraikan diatas, untuk lebih mengetahui tentang adsorpsi zat warna oleh karbon aktif secara lebih mendalam, maka dilakukanlah percobaan ini.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Menentukan model adsorpsi yang sesuai untuk adsorpsi rhodamin B oleh karbon aktif.
2. Menentukan kapasitas adsorpsi dari adsorpsi rhodamin B oleh karbon aktif.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.I Pengertian adsorpsi
Adsorpsi atau penyerapan adalah pembentukan lapisan gas pada permukaan padatan atau kadang-kadang cairan. Dalam proses adsorpsi ada zat yang terserap pada suatu permukaan zat lain yang disebut adsorbat, sedangkan zat yang permukaannya dapat menyerap zat lain disebut adsorben. Adsorpsi atau penyerapan berbeda dengan absorpsi atau penyerapan, sebab pada proses absorpsi zat yang terserap menembus ke dalam zat penyerap. Secara kimia absorpsi adalah masuknya gas ke dalam padatan atau lareutan, atau masuknya cairan ke dalam padatan. Sedangkan secara fisika, absorpsi adalah perubahan energi radiasi elektromagnetik, bunyi, berkas partikel, dan lain-lain ke dalam bentuk energi lain jika dilewatkan pada suatu medium. Bila foton diserap akan terjadi suatu peralihan ke keadan tereksitasi (Daintith, 1994).
Molekul dan atom dapat menempel pada permukaan dengan dua cara. Dalam fisisorpsi (kependekan dari adsorpsi fisika), terdapat interaksi van der Waals antar adsorpat dan substrat. Antaraksi van der Waals mempunyai jarak jauh, tetapi lemah, dan energi yang dilepaskan jika partikel terfisiorpsi mempunyai orde besaran yang sama dengan entalpi kondensasi. Kuantitas energi sekecil ini dapat diadsorpsi sebagai vibrasi kisi dan dihilangkan sebagai gerakan termal. Molekul yang melambung pada permukaan seperti batuan itu akan kehilangan energinya perlahan-lahan dan akhirnya teradsorpsi padapermukaan itu, dalam proses yang disebut akomodasi. Entalpi fisorpsi dapat diukur dengan mencatat kenaikan temperatur sampel dengan kapasitas kalor yang diketahui, dan nilai khasnya berada di sekitar 20 kJ mol-1. Perubahan entalpi yang kecil ini tidak cukup untuk menghasilkan pemutusan ikatan, sehingga molekul yang terfisisorpsi tetap mempertahankan identitasnya, walaupun molekul itu dapat terdistorsi dengan adanya penukaran (Atkins, 1997).
Reaksi heterogen yang penting adalah reaksi pada permukaan katalisator, seperti:
a. Proses kontak pada pembuatan H2SO4
b. Proses Haber pada pembuatan NH3
c. Oksidasi NH3 pada pembuatan HNO­3
d. Pembuatan metanol, dan sebagainya
Katalis heterogen biasanya bergantung sekurang-kurangnya pada satu reaktan yang teradsorpsi dan dimodifikasi menjadi bentuk yang dapat langsung bereaksi. Seringkali modifikasi ini berupa fragmentasi molekul reaktan. Reaksi pada proses tersebut terjadi pada permukaan katalisator (Sukardjo, 1985).
Tingkat penutupan permukaan biasanya dinyatakan sebagai penututpan terfraksi (θ)
Laju adsorpsi θ merupakan laju perubahan penutupan permukaan, dan dapat ditentukan dengan mengamati perubahan penutupan yang terfraksi terhadap waktu (Atkins,1997).
Diantara teknik utama untuk mengukur θ,adalah metode aliran. Dalam metode ini, sampelitu sendiri sebagai pompa, karena adsorpsi menghilangkan partikel dari gas. Oleh karena itu, salah satu teknik yang bisa digunakan adalah memonitori laju aliran gas yang masuk dan keluar sistem, dimana selisihnya merupakan laju pengambilan gas oleh sampel. Integrasi laju ini menghasilkan penutupan terfraksi pada setiap tahap. Dalam desorpsi kilat, sampel kita tiba-tiba dipanaskan (dengan listrik) dan kenaikan tekanan yang ditimbulkannya ditafsirkan berkenaan dengan kuantitas yang asalnya terdapat pada sampel. Penafsiran ini dapat dikelirukan dengan desorpsi senyawa (Atkins, 1997).
Adsorpsi adalah pengumpulan zat terlarut dipermukaan media dan merupakan jenis adhesi yang terjadi pada zat padat atau cair yang kontak dengan zat-zat lainnya. Ada sejumlah hal yang mempengaruhi efektifitas adsorpsi yakni salah satunya adalah jenis adsorban. Salah satu adsorban yang yang biasa diterapkan dalam pengolahan air minum adalah karbon aktif. Arang ini digunakan untuk menghilangkan bau, warna dan rasa air termasuk logam-logam ion berat (Cahyana, 2009).
Karbon aktif, atau sering juga disebut sebagai arang aktif, adalah suatu jenis karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat besar. Hal ini bisa dicapai dengan mengaktifkan karbon atau arang tersebut, hanya dengan satu gram karbon aktif, akan didapatkan suatu material yang memiliki permukaan sebesar 500m2. Biasanya pengaktifan hanya bertujuan untuk memperbesar luas permukaan saja, namun beberapa usaha juga berkaitan dengan meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon aktif itu sendiri (Anonim, 2009).
Adsorpsi adalah salah satu dari sifat koloid yang merupakan proses penyerapan suatu partikel zat baik berupa ion, atom, atau molekul pada permukaan zat lain. Adsorpsi terjadi karena adanya gaya tarik yang tidak seimbang pada partikel zat yang berada pada permukaan absorben.
Dalam sistem koloid, partikel-partikel fase terdispersi tersebar merata dalam medium pendispersinya sebagai molekul-molekul yang sangat halus. Setiap partikel-pertikel koloid mempunyai permukaan yang berbatasan dengan mediumnya. Permukaan partikel ini mempunyai kemampuan adsorpsi sangat besar.
Apabila partikel koloid mengadsorpsi ion-ion yang ada di dalam medium pendispersi, maka partikel-partikel koloid menjadi bermuatan listrik. Adsorpsi mengakibatkan partikel-partikel koloid menjadi bermuatan sejenis. Oleh karena itu, partikel-partikel koloid saling berjauhan sehingga tidak terjadi penggumpalan. Hal inilah yang membuat kolid stabil.
Contoh Adsorpsi Koloid
Contoh Adsorpsi koloid yang paling sederhana adalah yang terjadi pada koloid Fe(OH)3 dan As2S3. Koloid Fe(OH)3 dalam air akan menyerap ion H+ sehingga bermuatan positif. Sedangkan Koloid As2S3 akan bermuatan negatif karena permukaannya dapat menyerap ion S2.
Perbedaan Adsorpsi dan Absorpsi
Pada Adsorpsi daya serap koloid hanya pada permukaannya saja tetapi pada Absorpsi penyerapan terjadi hingga ke bagian dalam dibawah permukaan suatu zat. Intinya, Adsorpsi di definisikan sebagai penyerapan partikel di permukaan suatu zat, sedangkan Absorpsi di definisikan sebagai penyerapan partikel sampai ke bawah permukaan suatu zat.
Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia.
1.      Adsorpsi fisika (gaya Van der Waals)
Apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya, maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada permukaan adsorben. Adsorpsi ini mirip dengan proses kondensasi dan biasanya terjadi pada temperatur rendah pada proses ini gaya yang menahan molekul fluida pada permukaan solid relatif lemah, dan besarnya sama dengan gaya kohesi molekul pada fase cair (gaya van der waals) mempunyai derajat yang sama dengan panas kondensasi dari gas menjadi cair, yaitu sekitar 2.19-21.9 kg/mol. Keseimbangan antara permukaan solid dengan molekul fluida biasanya cepat tercapai dan bersifat reversibel.
2.      Adsorpsi Kimia
Reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat terlarut yang teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya yang jauh lebih besar daripada Adsorpsi fisika. Panas yang dilibatkan adalah sama dengan panas reaksi kimia.  Menurut Langmuir, molekul teradsorpsi ditahan pada permukaan oleh gaya valensi yang tipenya sama dengan yang terjadi antara atom-atom dalam molekul. Karena adanya ikatan kimia maka pada permukaan adsorbent akan terbentuk suatu lapisan atau layer, dimana terbentuknya lapisan tersebut akan menghambat proses penyerapan selanjutnya oleh batuan adsorbent sehingga efektifitasnya berkurang.
Adsorpsi fisik dapat dibedakan dari adsorpsi kimia, yaitu:
*      Adsorpsi fisik tidak melibatkan trasfer elektron dan selalu mempertahankan individualitas dari senyawa yang berinteraksi. Interaksi yang terjadi adalah reversible, yang memungkinkan terjadinya desorpsi pada temperatur yang sama, walaupun proses terjadi secara lambat akibat efek difusi. Adsorpsi kimia melibatkan ikatan kimia dan bersifat irreversible.
*      Adsorpsi fisik tidak site spesifik, molekul yang terserap bebas menutupi seluruh permukaan. Hal ini memungkinkan dilakukannya pengukuran luas area solid adsorbent. Sebaliknya, adsorpsi kimia bersifat site spesifik, molekul hanya terserap pada tempat-tempat tertentu saja.
*      Panas pada adsorpsi fisik lebih rendah dibandingkan dengan panas dari adsorpsi kimia.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses adsorpsi, diantaranya adalah :

*      Luas permukaan adsorben
*      Afinitas adsorbent terhadap adsorbate, yang dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk pori, polaritas dan reaktivitas
*      Karakteristik adsobate, yang meliputi :

§  Densitas dan berat molekul    
§  Ukuran dan bentuk molekul
§  Tekanan uap
§  Konsentrasi
§  Adanya senyawa lain sebagai competitor
§  Polaritas
§  Reaktivitas adsorbate

*      Temperatur dan Tekanan
*      Waktu kontak antara adsorbate dengan adsorbent


Jenis-jenis adsorbent

1. Karbon aktif
Merupakan arang yang diperoleh dari carbinisation kayu, coconul shells, peat, fruit pits. Sebagai activating agent digunakan zinc chlorida, magnesium chlorida, kalsium chlorida dan phosphoric acid. Digunakan untuk control polusi, solvent recovery, mengurangi bau dan gas purification.
                                               
2. Activated alumina
Activated alumina (hydrated aluminium oxide) berasal dari native aluminas atau bauxite, berbentuk granular atau pellet dengan tipical properties sebagaimana tabel 2. Umumnya digunakan untuk drying gas.

3. Silica gel
Berasal dari netralisasi sodium silikat kemudian gel dicuci untuk menghilangkan garam garam yang terbentuk selama proses reaksi netralisasi dilanjutkan dengan proses pengeringan, pemanasan dan grading.Umumnya berbentuk granular tetapi ada juga yang berbentuk bead. Properties silica gel sebagaimana tabel 3. Terutama digunakan untuk drying gas tetapi bisa juga untuk gas desulfurization dan purification.

3.      Molecular sievas
Berbentuk kristal dehydrated zeolit yang berasal dari aluminosilicate gel dengan typical properties .
Secara garis besar, mekanisme proses adsorpsi dapat berlangsung berdasarkan tahapan sebagai berikut :
*      Transfer molekul-molekul adsorbat menuju lapisan film yang mengelilingi adsorbent
*      Difusi adsorbat melalui lapisan film
*      Difusi adsorbat melalui kapiler atau pori-pori dalam adsorbent
*      Adsorpsi adsorbat pada dinding kapiler atau permukaan adsorbent.
Aplikasi adsorpsi
1.   Proses pewarnaan pada industri tekstil dengan larutan basa.
2.   Proses pemisahan mineral logam dari bijihnya pada industri logam.
3.   Penjernihan air tebu pada proses pembuatan gula pasir, menggunakan tanah diatome atau arang tulang.
4.   Proses penyembuhan sakit perut karena bakteri patogen, menggunakan norit atau serbuk karbon.
5.  Penjernihan air dengan karbon aktif pada proses pengolahan air minum yang dapat mengadsorpsi warna, rasa dan warna.

Tipe sistem adsorpsi
1. Fixed or stationary bed
·         Terdiri dari satu atau dua adsorbent (1=on stream adsorbing, 2= regeneration).
·         Dual adsorber system dapat dioperasikan secara simultan
·         Kedalaman bed 12 –36 inchi
2. Moving bed
·         Continuous regeneration
·         Waktu regenerasi untuk setiap segmen bed pendek sehingga tidak memerlukan bed yang panjang
·         Compac system dan mampu reduce pressure drop
·         Kerugian maintaining seal pada moving parts
3.Fluidizedbed
·         Resirkulasi kontinyu melalu iadsorption – regeneration cycle.
·         Velocity udara sekitar 240 fpm.
·         Countercurrent movement meningkatkan efektivitas penggunaan karbon, lebih banyak solvent yang dapat direcovery dibandingkan dengan stationary atau rotary bed sistem

Model persamaan dari adsorpsi
1.      Model Dari Langmuir

v  Model dari Langmuir pertama kali dikembangkan pada tahun 1918 yaitu untuk proses penyerapan gas pada permukaan solid.
v  Model langmuir diambil berdasarkan asumsi-asumsi sebagai berikut :
·         Energi dari adsorpsi adalah konstan dan tidak tergantung pada sifat permukaan.
·         Adsorpsi terjadi hanya pada bagian yang terbatas dan tidak ada interaksi antara molekul-molekul adsorbat.
·         Adsorpsi terjadi maksimum pada saat terbentuk monolayer yang menyeluruh.
·         Permukaan bersifat heterogenous, afinitas pada tiap tempat terjadinya ikatan adalah sama.
v  Untuk sistem solid –gas, persamaan Langmuir bisa dituliskan sebagai :
                                    qc = Qokce
                                            1+kce
                        qc = jumlah dari adsorbet yang diserap persatuan berat adsorbent.
                        Qo: adsorpsi maksimum.
                        Ce: konsentrasi akhir pada saat keseimbangan
                        k = ka / kd adalah konstanta untuk proses penguapan dan kondensasi.
2.      Model Dari Freundlich
·         Persamaan Freundlich sangat tepat dipergunakan untuk adsorpsi secara fisik.          Persamaan Freundlich sangat tepat dipergunakan bila :
ü  Tidak ada assosiasi atau dissosiasi dari molekul setelah teradsorp pada permukaan adsorbent.
ü  Tidak terjadi adsorpsi kimia.
·         Persamaan Freundlich dinyatakan sebagai berikut :
                        qc = kf ce ¹/n
            atau       
                        log qc = log kf + 1/n log ce
            qc : banyaknya adsorbat yang diserap oleh adsorbent, atau
                        qc = x
                             n
            n: konstanta
            Ce: konsentrasi akhir pada saat kesetimbangan tercapai
1.Model mathematic Langmuir Isotherm
Teori ini berdasarkan pada asumsi bahwa :
·         Phase adsorbed adalah unimolecular layer
·         Pada kondisi equilibrium, rate adsorption sama dengan rate desorption dari permukaan media
            Rate adsorpsion :  ra = ca p (1-f)
p=tekanan partial
Ca=konstanta adsorbsi
f=fraksi total solid surface dengan adsorbate molecule
            rate desorpsion : rd = cd f
Pada saat equilibrium, maka rate adsorption = rate desorption,
sehingga f menjadi :               
f = ca p*
                                               cd + c a p*
Karena adsorbed phase adalah unimolecular layer maka massa adsorbate per unit massa adsorbent (m) sebanding dengan permukaan media yang tertutupi.
                        m = cm f
sehingga dengan menggabungkan dua persamaan diatas
                        m = k1 p*                                                        Langmuir isotherm
                                      k2 p* + 1
dimana : k1=CaCm/Cd dan k2=Ca/Cd
Pada very low equilibrium maka tekanan partial k2p*=0 sehingga m=k1p*
Sedangkan pada high equilibrium m=k1/k2
2. Model mathematic Freundlich Isotherm
Pada persamaan Langmuir isotherm di atas, apabila pada kondisi intermediate maka
                        m = k (p*)n                                         Freundlich Isotherm
k=konstanta
n=konstanta dengan nilai antara 0–1
Nilai k dan n merupakan nilai berdasarkan data eksperime untuk dsorbates Calgon type BPL activated carbon (4x10mesh) dengan nilai seperti tabel berikut ini;

3. Persamaan lain
·         Service time : tb = ( A V/C0) (xst Lst + x2 L2)

A= Luas area bed adsorbent (ft2atau cm2)
V= Total gas volumetric flow rate (ft3/min atau L/min)
XSt= kapasitas adsorpsi per volume adsorbent bed dalam zona saturated (lb/ft3atau g/cm3)
Xz= Rata rata kapasitas adsorpsi per unit volume dalam zona adsorption (lb/ft3atau g/cm3)


















                                   


BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah erlemeyer 250 mL, labu ukur 100 mL, labu buret, corong Buchner, statif, klem, stirer magnetik, pipet tetes, kertas saring ,pipet gondok, labu semprot, dan stopwatch.

III.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu larutan asam asetat 1N.larutan NaOH
0,5N, karbon aktif dan Indikator pp.

III.3 Prosedur Percobaan
Pada saat pratikum ini,pertama dibuat larutan masing-masing asam asetat dengan konsentrasi 1N, 0,8N , 0,6N ,0,4N , 0,2N, 0,1N.setelah itu diambil 10ml tiap-tiap larutan ditambahkan beberapa tetes indicator pp dan titrasi dengan NaOH 0,5N. sampai timbul warna ping. Catat ml NaOH yang terpakai dan tentukan konsentrasi asam asetat tersebut.
            Selanjutnya ambil setiap larutan asam asetat 25ml,dan tambahkan masing-masing 1gram adsorben.aduk dan tutup dengan aluminium foil beberapa saat.setelah itu disaring dan diambil masing-masing filter 10ml kemudian tambahkan beberapa tetes indicator pp dan titrasi dengan NaOH 0,5N sampai timbul warna pink yang tidak hilang oleh pengocokan .catat ml NaOH yang terpakai.

IV. 3 SKEMA KERJA

Rounded Rectangle: Siapkan 5 erlenmeyer dan masukan asam asetat dengan [ ]  berbeda + 5 g carbon aktif tiap erlenmclip_image028clip_image028clip_image028clip_image028clip_image028
Biarkan berkontak selama beberapa menit sambil ditutup aluminium foil
clip_image028
 

                                Dipipet filtrate  10 ml     dilakukan titrasi , lalu tentukan [ ] akhir     
clip_image004[6]
 

clip_image001Amati [] awal dan akhir                                     
                 Disaring

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

Dari percobaan yang telah dilakukan ,didapatkan hasil sebagai berikut :
Percobaan
NaOH /oksalat
Titrasi awal
Titrasi akir
Penyerapan KAS oleh KA
1
NaOH tepat=0,4929N
60,04 mg
53,69 mg
6,37 mg
2
N NaOH= 20,0329N
209,90 mg
196,67 mg
53,31 mg
3
g oksalat= 1,575 gram
354,89 mg
340,10 mg
14,79 mg
4
N tepat oksalat= 1,575 gram
467,27 mg
482,06 mg
14,79 mg


IV.2 Pembahasan
 Adsorpsi adalah pengumpulan zat terlarut dipermukaan media dan merupakan jenis adhesi yang terjadi pada zat padat atau cair yang kontak dengan zat-zat lainnya. Karbon aktif, atau sering juga disebut sebagai arang aktif, adalah suatu jenis karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat besar. Hal ini bisa dicapai dengan mengaktifkan karbon atau arang tersebut, hanya dengan satu gram karbon aktif, akan didapatkan suatu material yang memiliki permukaan sebesar 500m2. Biasanya pengaktifan hanya bertujuan untuk memperbesar luas permukaan saja, namun beberapa usaha juga berkaitan dengan meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon aktif itu sendiri.
Percobaan ini digunakan karbon aktif sebagai adsorban rodhamin B yang merupakan zat warna yang berfungsi sebagai adsorbat. Rhodamin B yang digunakan adalah rhodamin B 100 ppm sebagai contoh dan rhodamin B 10 ppm sebagai larutan standar yang berfungsi sebagai pembanding absorbansi dari larutan contoh.
Karbon aktif yang telah ditimbang dibungkus dengan aluminium foil agar karbon yang diperoleh tidak menyerap zat lain yang dapat mempengaruhi perubahan massa dari zat tersebut. Contohnya kemampuan karbon aktif untuk menyerap air karena bersifat hidroskopis.
Pengenceran rhodamin B agar diperoleh konsentrasi yang berbeda-beda. Saat pengadukan erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil agar larutan tidak terpecik keluar erlenmeyer serta menghalangi gangguan dari luar sehingga larutan tidak terkontaminasi oleh zat-zat yang dapat mempengaruhi daya adsorpsi rodamii B oleh karbon aktif. Pengadukan dilakukan selama 30 menit karena dianggap sebagai waktu yang cukup bagus untuk adsorbsi larutan.Pengadukan larutan menggunakan stirer magnetik agar pengadukan dilakukan pada saat yang bersamaan. Hal ini dimaksudkan agar penyerapan warna dari larutan dengan konsentrasi berbeda memerlukan waktu yang sama. Selain itu, pengadukan dengan stirer dilakukan untuk efektifitas waktu.
Setelah pengadukan selanjutnya dilakukan penyaringan dengan menggunakan corong Buchner agar dapat mempercepat proses ppenyaringan sehingga tidak perlu didiamkan selama satu jam seperti yang tertera pada prosedur sebelumnya. Larutan yang diperoleh kemudian diukur absorbansinya dengan spektronik 20 D+. Proses pengukuran dimulai dengan menggunakan larutan blanko dalam hal ini akuades sebagai pelarut pada pengenceran. Pengukuran absorbansi larutan pada panjang gelombang 590 nm. Setiap larutan yang akan diukur panjang gelombangnya harus diawali dengan pengkalibrasian alat dengan blanko. Kuvet yang digunakan harus tetap bersih dan kering sebelum dimasukkan ke dalam spektronik, dan tidak ada bekas jari yang menempel diluar kuvet, karena akan berakibat kesalahan pembacaan panjang gelombang. Larutan standar juga diukur absorbansinya agar hasil yang diperoleh dapat dilihat kenaikan atau penurunan nilai absorbansinya.
Pada percobaan adsorpsi isotherm terdapat tujuan yaitu menentukan adsorpsi menurut freundich.bagi proses adsorpsi asam asetat pada arang,dimana yang dimaksud dengan adsorpsi merupakan penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain yang melibatkan interaksi fisik ,kimia,dan gaya elektroforesis antara adsorben dan adsorbat pada permukaan adsorben. Yang digunakan sebagai adsorben yaitu CH3COOH dan yang digunakan sebagai adsorbat yaitu karbon aktif .















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
 Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
Dari percobaan yang telah dilakukan ,dapat disimpulkan bahwa percobaan ini termasuk adsorbsi fisik,karena adanya gaya vander waals antara adsorben dan adsorbat yang digunakan sehingga,proses adsorpsi hanya terjadi di permukaan larutan.serta diketahui bahwa semakin besar jumlah zat larutan .serta diketahui bahwa semakin besar jumlah zat larutan asam asetat yang tertutup dan sebaliknya.
Dari hasil percobaan dapat kita lihat pengaruh konsentrasi asam asetat,dimana ssemakin besar konsentrasi ,maka semakin banyak pula diperlukan titrasi untuk mentitrasi volume asam asetat yang telah diadsorpsi.semakin besar konsentrasi maka semakin besar juga kapasitas adsorpsi yang dibutuhkan untuk menyerap zat.
5.2 Saran
 Untuk percobaan sebaiknya menggunakan asam lemah seperti asam asetat agar lebih aman(safety) bagi pratikan.
















DAFTAR PUSTAKA

.
Atkins, P. W., 1994, Kimia Fisika, Erlangga, Jakarta.

Dainith, J., 1994, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta.

Sukardjo., 1985, Kimia Fisika, Bina Aksara, Jakarta.

Basti,2003.kamus lengkap kimia.rineka cipta:Jakarta




















                                               
             LAMPIRAN

1.      Standarisasi NaOH dengan asam oksalat
            0,5 N (NaOH)  gram = N.V.BE
                                               = 0,5  . 1 L . 40 gr/mol
                                               = 20 gram
                        Tertimbang    = 20,0132 gram

            gram oksalat                = N.V.BE
                                                = 0,5 . 0,05 . 63
                                                = 1,575 gram
                        Tertimbang      = 1,6150 gram

            N tepat oksalat            =
                                                =
                                                = 0,5127 N

            N tepat NaOH                        =
                                                =
                                                = 0,4929 N

            V rata-rata NaOH       =
                                                = 10,40 ml
2.      Titrasi awal (berat CH3COOH)
V rata-rata                   =
                                    = 2,35 ml

Mg  awal                     = N.BE.V
                                    = 0,1001 . 10 . 60
                                    = 60,44 mg

V terpakai NaOH        =
                                    = 7,10 ml

Mg  awal                     = N.V.BE
                                    = 0,349 . 10 . 60
                                    = 709,98 mg

N CH3COOH             =
                                                = 0,3499 N

            V terpakai                   =
                                                =
                                                = 0,5915 N
            Mg = 0,5915 . 10 . 80
                  = 354,89 mg

            V terpakai       = 15,80
            N CH3COOH   = 0,7788 N
            Mg                    = 467,279 mg

3.      Titrasi akhir CH3COOH
V NaOH rata-rata = 1,93 ml
N CH3COOH       =
      = 0,0961 N
            Mg . 0,0961 N . 10 . 60 = 53,67 gram

            V = 6,65 ml
            N CH3COOH =  = 0,3278 N
Mg = 0,3278 . 10 . 60 = 196,67 mg

V = 11,50 ml
N CH3COOH =  = 0,5668 N
Mg = 0,5668 . 10 . 60 = 340,10 mg

V = 16,30 ml
N CH3COOH =  = 0,8034 N
Mg = 0,8034 . 10 . 60 = 482,06 mg



            Pengurangan kadar CH3COOH  30 menit dengan karbonaktif
                0,1 N = g awal – g akhir
                        = 60,04 mg – 53,67 mg
                        = 6,37 mg
                0,3 N = 209,98 – 196,67
                        = 13,31 mg
                0,5 N = 354,89 – 340,10
                        = 14,79 mg
                0,7 N = 467,27 – 487,06
                        = -14,79 mg (titrasi gagal)


No comments:

Post a Comment

jangan lupa koment di kolom komentar ya !!!
saran, kritik,pertanyaan dan pendapat

SIMULASI SINTESIS BIODIESEL MENGGUNAKAN SOFTWARE ASPEN HYSYS DAN ASPEN PLUS

  SIMULASI SINTESIS BIODIESEL MENGGUNAKAN SOFTWARE ASPEN HYSYS DAN ASPEN PLUS Oktriza Lora *, Chykita Arnel Faculty of Industrial ...