This is a Heading

This is a paragraph.

Avatar -->

Wednesday, November 20, 2019


LAPORAN PRATIKUM KIMA FISIKA
MODUL PERCOBAAN
Penentuan Daya Koagulasi Elekrolit Pada Koloid








DISUSUN OLEH
1.   OKTRIZA LORA
2.   MUHAMMAD TOYIB
3.   FALDA FABER DIASYAH
4.   RISKI KARIMAH




PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA BAHAN NABATI
POLITEKNIK ATI PADANG
TP. 2015/2016



LEMBARAN PENGESAHAN

Kelompok                  :  III
Praktikum                  :  Kimia Fisika
Modul Percobaan      :  Penentuan Daya Koagulasi Elekrolit Pada Koloid
Dosen Pembimbing   :  ELDA PELITA
Asisten                        :  1. Hermasyah siregar
5.      Suci wulandari


No
Nama Praktikan
Buku Pokok
1.
Oktriza lora
1512035
2.
Falda faber diansyah
1512027
3.
Muhammad toyyib
15120
4.
Rizki karimah
1512004

Catatan
Tanggal
Paraf Dosen Pembimbing















LEMBAR PENUGASAN

Kelompok                  :  III
Praktikum                  :  Kimia Fisika
Modul Percobaan      : Penentuan Daya Koagulasi Elekrolit Pada Koloid
Dosen Pembimbing   :  ELDA PELITA
Asisten                        :  1. Hermasyah siregar
                                  2. Suci wulandari
No
Nama Praktikan
Buku Pokok
1.
Oktriza lora
1512035
2.
Falda faber diansyah
1512027
3.
Muhammad toyyib
15120
4.
Rizki karimah
1512004

Penugasan;
Dalam melakukan pratikum ini, kami kelompok 3 ditugaskan untuk :
1.      Melakuakan  pratikum dengan elektrolit NaCL,K2CrO4, K3Fe(CN)6 dan sol Fe2O3
2.      Menentukn koagulasi yang terjadi pada masing-masing pengamatan  dengan elektrolit  yang berbeda-beda.
3.      Menentukan koagulais dengan variasi kecilpada masing-masing percbaan
4.      Menentukan konsentrasi efektif dari masing –masing percobaan












LEMBAR PENGAMATAN

Kelompok                  :  III
Praktikum                  :  Kimia Fisika
Modul Percobaan      :  Penentuan Daya Koagulasi Elekrolit Pada Koloid
Dosen Pembimbing   :  ELDA PELITA
Asisten                        :  1. Hermasyah siregar
                                        2. Suci wulandari

Val  besar
1
2
3
4
5
NaCL  1M
1
2
3
4
5
H2O
4
3
2
1
0
SOL Fe2O3
5
5
5
5
5
Pengamatan
-
-
+
+
+

Val  kecil
1
2
3
4
5
NaCL  1M
2.2
2.4
2.6
2.8
3
H2O
2.8
2.6
2.4
2.2
0
SOL Fe2O3
5
5
5
5
5
Pengamatan
-
+
+
+
+

Val  kecil
1
2
3
4
5
K2CrO4  
1
2
3
4
5
H2O
4
3
2
1
0
SOL Fe2O3
5
5
5
5
5
Pengamatan
-
-
-
+
+
Val  kecil
1
2
3
4
5
K2CrO4
4.2
4.4
4.6
4.8
5
H2O
1.8
1.6
1.4
1.2
1
SOL Fe2O3
5
5
5
5
5
Pengamatan
-
-
+
+
+

Val  kecil
1
2
3
4
5
K3 Fe(CN )6
1
2
3
4
5
H2O
4
3
2
1
0
SOL Fe2O3
5
5
5
5
5
Pengamatan
-
-
-
+
+

Val  kecil
1
2
3
4
5
NaCL  1M
3.2
3.4
3.6
3.8
4
H2O
1.8
1.6
1.4
1.2
1
SOL Fe2O3
5
5
5
5
5
Pengamatan
-
-
+
+
+

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai babarapa produk yang merupakan campuran secara merata atau homogen . misalnya serbuk susu yang bercampur merata dengan air panas hal itu yang ada dalam kehidupan sehari-hari
Kita juga sering menjumpai system koloid pada lingkungan disekitar kita, baik pada udara, air maupun tanah polutan yag bercampur dengan udara yand padat ( sapa atau debu ) merupakan system koloid. Air yang terdispersi dalam udara uang padat atau yang ebih dikenal dengan kabut juga merupakan koloid, mineral-mineral yang bercampur dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk pertumbuhannya, juga merupakan system koloid .
Itu merupakan beberapa contoh system koloid yang berhubungan dengan proses-proses di alam yang mencangkup ebrbagai bidang. Hal tersebut juga dapat diperhatikan dalam tubuh mahluk hidup yaitu makanan yang kita makan ( dalam ukuran besar ) sebelum digunakan pada tubuh.
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid, koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
Proses koagulasi dalam kehidupan sehari-hari  terjadi pada perebusan telur,perebusan tahu,pembuatan lateks,proses penjernihan air, pembentukan delta dimuara sungai,dan pengolahan asap atau debu .

I. 2  TUJUAN PERCOBAAN
1.      Menentukan daya koagulasi elektrolit terhadap suatu koloid
2.      Mengetahui konsentrasi elektrolit yang efektif untuk mengkoagulasikan koloid
3.      Mengetahui prinsip kerja penetapan daya koagulasi elektrolit terhadap koloid
4.      Mengetahui sifat-sifat koloid





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Koloid, merupakan campuran dari dispersi kasar dengan dispersi halus dengan ukuran partikel-partikelnya antara 10-7 dan 10-5 cm. Dalam system koloid, terdapat dua fase, yaitu fase terdispersi dan fase pendispersi. Walaupun Nampak sebagai disperse homogeny, namun koloid merupakan disperse heterogen.
           Larutan, merupakan sistem dispersi halus yang ukuran partikel-partikelnya sangat kecil (10-7 cm), sehingga tidak dapat diamati (dibedakan) antara partikel pendispersi dan partikel terdispersi meskipun dengan menggunakan mikroskop ultra.Larutan adalah campuran antara fase terdispersi berupa zat padat, gas, maupun cair dengan fase pendisperinya yaitu zat cair.Larutan merupakan campuran homogeny.
            Suspensi atau dispersi kasar, merupana sistem dispersi dengan ukuran relatif besar (10-5 cm) yang tersebar merata dalam medium pendispersinya.Suspenss yaitu campuran heterogen antar fasa terdispersi dengan medium pendispersinya. Fasa terdispersi biasaanya berupa zat padat yang ukurannya lebih besar sehingga akan membentuk endapan jika disatukan didiamkan dalam beberapa saat.
Sifat-sifat Koloid
A.Efek Tyndall
           Jika seberkas cahaya dilewatkan pada suatu sistem koloid, maka cahaya tersebut akan dihamburkannya sehingga berkas cahaya tersebut akan kelihatan. Sedangkan jika cahaya dilewatkan pada larutan sejati maka cahaya tersebut akan diteruskannya . Sifat koloid yang seperti inilah yang dikenal dengan efek tyndall dan sifat ini dapat digunakan untuk membedakan koloid dengan larutan sejati. Gejala ini pertama kali ditemukan oleh Michael Faradaykemudian diselidiki lebih lanjut oleh  John Tyndall (1820 – 1893), seorang ahli Fisikabangsa Inggris.
           Efek Tyndall juga dapat menjelaskan mengapa langit pada siang hari berwarna biru sedangkan pada saat matahari terbenam, langit di ufuk barat berwarna jingga atau merah. Hal itu disebabkan oleh penghamburan cahaya matahari oleh partikel koloid di angkasa dan tidak semua frekuensi dari sinar matahari dihamburkan dengan intensitas sama.
           Jika intensitas cahaya yang dihamburkan berbanding lurus dengan frekuensi, maka pada waktu siang hari ketika matahari melintas di atas kita frekuensi paling tinggi (warna biru) yang banyak dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna biru. Sedangkan ketika matahari terbenam, hamburan frekuensi rendah (warna merah) lebih banyak dihamburkan,  sehingga kita melihat langit berwarna jingga atau merah.
Gejala efek tyndall yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:
·         Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut
·         Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap dan berdebu
·         Berkas sinar matahari melalui celah pohon-pohon pada pagi yang berkabut
B.Gerak Brown
Gerak brown merupakan gerak patah-patah (zig-zag) partikel koloid yang terus menerus dan hanya dapat diamati denganmikroskop ultra. Gerak brown terjadi sebagai akibat tumbukan yang tidak seimbang dari molekul-molekul medium terhadap partikel koloid.Dalam suspensi tidak terjadi gerak Brown karena ukuran partikel cukup besar, sehingga tumbukan yang dialaminya setimbang. Partikel zat terlarut juga mengalami gerak Brown, tetapi tidak dapat diamati.Semakin tinggi suhu, maka gerak brown yang terjadi juga semakin cepat, karena energi molekul medium meningkat sehingga menghasilkan tumbukan yang lebih kuat.
           Gerak Brown merupakan faktor penyebab stabilnya partikel koloid dalam medium dispersinya. Gerak brown yang terus menerus dapat mengimbangi gaya gravitasi sehingga partikel koloid tidak mengalami sedimentasi (pengendapan).
CEktroforesis
           Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik karena partikel koloid bermuatan listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik ini disebut elektroforesis. Jika dua batang elektrode dimasukkan kedalam sistem koloid dan kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak kesalah satu elektrode tergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif) sedang koloid bermuatan positif akan bergerak ke katode (elektrode negatif).
           Elektroforesis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan partikel koloid.Jika partikel koloid berkumpul dielektrode positif berarti koloid bermuatan negatif, jika partikel koloid berkumpul dielektrode negatif bearti koloid bermuatan positif. Peristiwa elektroforesis ini sering dimanfaatkan kepolisian dalam identifikasi/tes DNA pada jenazah korban pembunuhan/ jenazah tak dikenal
D. Adsorpsi
           Adsorpsi  adalah peristiwa di mana suatu zat menempel pada permukaan zat lain, seperti ion H+ dan OH- dari medium pendispersi. Untuk berlangsungnya adsorpsi, minimum harus ada dua macam zat, yaitu zat yang tertarik disebut adsorbat, dan zat yang menarik disebut  adsorban. Apabila terjadi penyerapan ion ada permukaan partikel koloid maka partikel koloid dapat bermuatan listrik yang muatannya ditentukan oleh muatan ion-ion yang mengelilinginya.
           Partikel koloid mempunyai kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada permukaannya.Oleh karena itu partikel koloid bermuatan listrik.Penyerapan pada permukaan ini disebut dengan adsorpsi. Contohnya sol Fe(OH)3 dalam air mengadsorpsi ion positif sehingga bermuatan positif dan sol As2S3 mengadsorpsi ion negatif sehingga bermuatan negatif. Pemanfaatan sifat adsorpsi koloid dalam kehidupan antara lain dalam proses pemutihan gula tebu, dalam pembuatan norit (tablet yang terbuat dari karbon aktif) dan dalam proses penjernihan air dengan penambahan tawas.
E.Koagulasi
           Koagulasi adalah peristiwa pengendapan atau penggumpalan koloid.Koloid distabilkan oleh muatannya. Jika muatan koloid dilucuti atau dihilangkan, maka kestabilannya akan berkurang sehingga dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Pelucutan muatan koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit ditambahakan ke dalam system koloid. Apabila arus listrik dialirkan cukup lama kedalam sel elektroforesis, maka partikel koloid akan digumpalkan ketika mencapai electrode. Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi karena koloid bermuatan positif menarik ion negative dan koloid bermuatan negative menarik ion positif. Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Jika selubung itu terlalu dekat, maka selubung itu akan menetralkan koloid sehingga terjadi koagulasi.
System koloid dapat dibuat dengan menggabungkan ukuran partikel-partikel larutan sejati menjadi berukuran partikel koloid atau dinamakan kondensasi. Selain itu juga dapat dibuat dengan cara menghaluskan ukuran partikel suspense kasar menjadi berukuran partikel koloid, cara ini dinamakan dispersi.

Cara Kondensasi
Dengan cara kondensasi, partikel-partikel fase terdispersi dalam larutan sejati yang berupa molekul atom atau ion diubah menjadi partikel-partikel berukuran koloid. Pembuatan koloid dengan cara kondensasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara kimia dan cara fisika.
Cara ini juga dapat dilakukan melalui reaksi – reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi rangkap atau dengan pergantian pelarut.
Cara Dispersi
Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur bredig).
a.Cara Mekanik
Menurut cara ini butir – butir kasar digerus dengan lumping atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi.
Contoh: sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air
b.Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptasi (pemecah).Zat pemeptasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid.
Contoh: agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-lain.

c. Cara Busur Bredig
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol – sol logam.


                       


















BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Alat
            Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah rak tabung reaksi sebagai letak tabung reaksi,tabung reaksi digunakan sebagai tempat mereaksikan zat,gelas piala sebagai wadah untuk melarutkan zat dan pipet takar untuk mengambil zat dengan teliti.

III.2 Bahan
            Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquades sebagai pelarut,Nacl sebagai elektrolit,Fe2O3 sebagai sol,K2crO4 sebagai elektrolit dan K3Fe(CN)5 sebagai elektrolit.

III.3 Prosedur Kerja
            Prosedur kerja dalam praktikum ini yaitu dibuat sol Fe2O3 minimal satu hari sebelum praktikum disediakan 5 buah tabung reaksi dan diisi air kemudain tambahkan dengan elektrolit setelah itu baru masukan sol sesuai yang diminta dalam tabel,lalu homogankan kemudian diamati tabung reaksi yang mengalami koagulasi dan dibuat variasi kecilnya dan tentukan konsentrasi efektifnya.
III.4 Skema Kerja




                                                                                    Disiapkan 5 tabung reaksi


Sampel
I
II
III
IV
V
H2O
0 ml
1 ml
2 ml
3 ml
4 ml
Elektrolit
5 ml
4 ml
3 ml
2 ml
1 ml
Sol Fe2O3
5 ml
5 ml
5 ml
5 ml
5 ml

Kemudian masukan sampel sesuai tabel yang tertera diatas dan perhatikan tabung mana yang mengalami koagulasi dan buat variasi kecilnya lalu tentukan konsentrasi efektifnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
            Adapun hasil praktikum yang diperoleh adalah sebagai berikut :
IV.1.1 Tabel elektrolit Nacl (1 M )
No Tabung
I
II
III
IV
V
Nacl 1 M
1 ml
2 ml
3 ml
4 ml
5 ml
H2O
4
3
2
1
0
Sol (Fe2O3)
5
5
5
5
5
P
-
-
+
+
+

Variasi Kecilnya
No Tabung
I
II
III
IV
V
Nacl 1 M
2,2  ml
2,4 ml
2,6 ml
2,8 ml
3 ml
H2O
2,8
2,6
2,4
2,2
2
Sol (Fe2O3)
5
5
5
5
5
P
-
+
+
+
+


IV.1.2 Tabel elektrolit K2CrO4
No Tabung
I
II
III
IV
V
K2CrO4
1 ml
2 ml
3 ml
4 ml
5 ml
H2O
4
3
2
1
0
Sol (Fe2O3)
5
5
5
5
5
P
-
-
-
-
+







Variasi Kecilnya
No Tabung
I
II
III
IV
V
K2CrO4 (0,005 M)
4,2  ml
4,4 ml
4,6 ml
4,8 ml
5 ml
H2O
1,8
1,6
1,4
1,2
0
Sol (Fe2O3)
5
5
5
5
5
P
-
-
+
+
+


IV.1.3 Tabel elektrolit K3Fe(CN)6
No Tabung
I
II
III
IV
V
K3Fe(CN)6
1 ml
2 ml
3 ml
4 ml
5 ml
H2O
4
3
2
1
0
Sol (Fe2O3)
5
5
5
5
5
P
-
-
-
+
+


Variasi Kecilnya
No Tabung
I
II
III
IV
V
K3Fe(CN)6
3,2 ml
3,4 ml
3,6 ml
3,8 ml
4 ml
H2O
1,8
1,6
1,4
1,2
0
Sol (Fe2O3)
5
5
5
5
5
P
-
-
+
+
+


IV.2 Pembahasan
            Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa konsentrasi efektif dari masing-masing elektrolit berbeda,sebelum membahas konsentrasi efektifnya kita harus mengetahui bahwa pembuatan sol dari praktikum ini minimal satu hari sebelum praktikum dan harus dilarutkan dalam air panas,apabila tidak dilarutkan dalam air panas maka tidak akan menghasilkan sol Fe2O3 namun endapan.
            Kemudian didalam percobaan tidak boleh memasukan terlebih dulu sol kedalam tabung reaksi namun harus Nacl larutan dan H2O,karena apbila sol dimasukan teerlebih dahulu akan percuma.
            Dari data yang didapatkan konsentrasi efektifnya didapat dari masing-masing elektrolit adalah Nacl 0,48 M ,K2CrO4 0,0046 M dan K3Fe(CN)6 yaitu 0,00036 M, dari konsentrasi tersebut dapat dilihat elektrolit yang paling besar daya koagulasinya adalah K3Fe(CN)6 karena konsentrasi efektifnya yang sangat kecil,hal ini terjadi karena elektron valensi ion larutan elektrolitnya dimana valensi K3Fe(CN)6 lebih besar yaitu +3 ,jadi ion negative dari sol lebih mudah menarik muatan yang lebih positif, jadi yang lebih baik mengkoagulasi adalah K3Fe(CN)6

























BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
            Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa daya koagulasi elektrolit dapat dipengaruhi oleh valensi dari elektrolit tersebut ,kemudian konsentrasi efektif dari elektrolit yaitu Nacl 0,48 M , K2CrO4  0.0046 M dan K3Fe(CN)6  0,00036 M.
            Jadi elektrolit yang lebih cepat mengkoagulasi koloid adalah elektrolit K3Fe(CN)6 karena didalam praktikum diperoleh konsentrasi efektifnya lebih kecil dari kedua elektrolit lainnya,dan semakin kecil konsentrasi efektifnya maka semakin bagus daya koagulasinya.


V.2 Saran
            Pada praktikum ini praktikan harus menyiapkan sol minimal satu hari sebelum praktikum,kemudian praktikan harus memberi label pada masing-masing tabung reaksi yang digunakan agar tidak tertukar,dan lebih teliti lagi dalam melihat sampel saat mengalami koagulasi.


















DAFTAR PUSTAKA

Elda Pelita.2016.Modul Praktikum Kimia Fisika.Politeknik ATI Padang

Oxboby,David,Dkk.2016.Prinsip Dasar Kimia Modern edisi ke 4 Jilid 1.Jakarta:Erlangga

Walangare.2013.koloid”Jurnal Teknik Kimia(Online)



























LAMPIRAN

1.      Elektrolit Nacl
(V1.N1)pekat=(V2.N2)encer
(2,4 × 1 M) = 5 × N2
            N2 = 0,48 M                 Konsentrasi efektifnya

2.      Elektrolit K2CrO4
(V1.N1)pekat = (V2.N2)encer
(4,6 × 0,005 M) = (5 × N2)
                   N2 = 4,6 × 0,005 M
                                      5
                    N2 = 0,0046 M                 Konsentrasi efektifnya

3.      Elektrolit K3Fe(CN)6
(V1.N1)pekat = (V2.N2)encer
(3,6 × 0,0005 M) = 5 × N2
                       N2 = 0,00036 M                 Konsentrasi efektifnya














No comments:

Post a Comment

jangan lupa koment di kolom komentar ya !!!
saran, kritik,pertanyaan dan pendapat

SIMULASI SINTESIS BIODIESEL MENGGUNAKAN SOFTWARE ASPEN HYSYS DAN ASPEN PLUS

  SIMULASI SINTESIS BIODIESEL MENGGUNAKAN SOFTWARE ASPEN HYSYS DAN ASPEN PLUS Oktriza Lora *, Chykita Arnel Faculty of Industrial ...