This is a Heading

This is a paragraph.

Avatar -->

Wednesday, November 20, 2019

Penentuan BM Berdasarkan Pengukuran Masa Jenis Gas


LAPORAN PRATIKUM KIMA FISIKA
MODUL PERCOBAAN
Penentuan BM Berdasarkan Pengukuran Masa Jenis Gas



DISUSUN OLEH
1.   OKTRIZA LORA
2.   MUHAMMAD TOYIB
3.   FALDA FABER DIASYAH
4.   RISKI KARIMAH



PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA BAHAN NABATI
POLITEKNIK ATI PADANG
TP. 2015/2016


LEMBARAN PENGESAHAN
Kelompok                  :  III
Praktikum                  :  Kimia Fisika
Modul Percobaan      :  Penentuan BM Berdasarkan Pengukuran Masa Jenis Gas
Dosen Pembimbing   :  ELDA PELITA
Asisten                        :  1. Hermasyah siregar
5.      Suci wulandari
No
Nama Praktikan
Buku Pokok
1.
Oktriza lora
1512035
2.
Falda faber diansyah
1512027
3.
Muhammad toyyib
15120
4.
Rizki karimah
1512004

Catatan
Tanggal
Paraf Dosen Pembimbing













LEMBAR PENUGASAN
Kelompok                  :  III
Praktikum                  :  Kimia Fisika
Modul Percobaan      : Penentuan BM Berdasarkan Pengukuran Masa Jenis Gas
Dosen Pembimbing   :  ELDA PELITA
Asisten                        :  1. Hermasyah siregar
                                  2. Suci wulandari
No
Nama Praktikan
Buku Pokok
1.
Oktriza lora
1512035
2.
Falda faber diansyah
1512027
3.
Muhammad toyyib
15120
4.
Rizki karimah
1512004

Penugasan;
Dalam melakukan pratikum ini, kami kelompok 3 ditugaskan untuk :
1.      Melakukan percobaan sesuai dengan apa yang telah di asistensikan.
2.      Menimbang erlanmeyer kosong +karet+aluminium foil
3.      Memanaskan sampel untuk diuapkan
4.      Menentukan masa senyawa folatil
5.      Menentukan BM senyaw folatil






LEMBAR PENGAMATAN
Kelompok                  :  III
Praktikum                  :  Kimia Fisika
Modul Percobaan      :  Penentuan BM Berdasarkan Pengukuran Masa Jenis Gas
Dosen Pembimbing   :  ELDA PELITA
Asisten                        :  1. Hermasyah siregar
                                        2. Suci wulandari

Data yang diperoleh
1.      Sampel aceton (C3H6O)
perc
G1
G2
V erlenmeyer  =  311 ml
T  =  80 0c
P   = 1 ATM
1
111.0348
111.3954
2
126.3681
126.8106

2.      Sampel Kloroform ( CHCL3 )
perc
G1
G2
V erlenmeyer  =  311 ml
T  =  84 0c
P   = 1 ATM
1
111.0308
112.1313
2
126.5861
127.6773


BAB I
PENDAHULUAN
1.1                            Latar Belakang
. Gas mempunyai sifat bahwa molekul-molekulnya sangat berjauhan satu sama lain sehingga hampir tidak ada gaya tarik menarik atau tolak menolak diantara molekul-molekulnya sehingga gas akan mengembang dan mengisi seluruh ruang yang ditempatinya, bagaimana pun besar dan bentuknya. Untuk memudahkan mempelajari sifat-sifat gas ini baiklah dibayangkan adanya suatu gas ideal yang mempunyai sifat-sifat :
a.       Tidak ada gaya tarik menarik di antara molekul-molekulnya.
b.      Volume dari molekul-molekul gas sendiri diabaikan.
c.       Tidak ada perubahan enersi dalam (internal energy = E) pada pengembangan.

Sifat-sifat ini didekati oleh gas inert (He, Ne, Ar dan lain-lain) dan uap Hg dalam keadaan yang sangat encer. Gas yang umumnya terdapat di alam (gas sejati) misalnya: N2, O2, CO2, NH3 dan lain-lain sifat-sifatnya agak menyimpang dari gas ideal.
         Densiti dari gas dipergunakan untuk menghitung berat molekul suatu gas, ialah dengan cara membendungkan suatu volume gas yang akan dihitung berat molekulnya dengan berat gas yang telah diketahui berat molekulnya (sebagai standar) pada temperatur atau suhu dan tekanan yang sama. Densiti gas diidenfinisikan sebagai berat gas dalam gram per liter. Untuk menentukan berat molekul ini maka ditimbang sejumlah gas tertentu kemudian diukur PV dan T-nya. Menurut hukum gas ideal :
P V   =   n R T    
 dimana      n  =

 Dari persamaan gas ideal yang mengandung unsure mol zat yang diketahuidapat ditentukan berat molekulnya sehingga mudah bagi kita untuk menentukan BM gas tersebut , jika gas itu dianggap sebagai gas ideal
Dalam percobaan kali ini digunakan cairan volatile (cairan yang mudah menguap karena memiliki titik didih yang rendah ) yang dipananskan atau diuapkan dalam pemanas air sehingga terbentuk gas yang akan ditentukan rumus molekulnya yang memiliki tekanan yang sama dengan tekanan atmorfer sehingga akan didapat BM senyawa volatile tersebut dari perhitungan persamaan gas ideal
BM =   

BM = 

1.2         Tujuan
1.      M enentukan BM senyawa volatile berdasarkan pengukuran density gas
2.      Melatih penggunaan persamaan gas idea
3.      Membandingkan nilai bm secara teori dan praktek 















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
         Bila gas ideal sifat-sifatnya dapat dinyatakan dengan persamaan yang sederhana ialah
PV  =  n R T
maka sifat-sifat gas sejati hanya dapat dinyatakan dengan persamaan, yang lebih kompleks lebih-lebih pada tekanan yang tinggi dan temperatur yang rendah. Bila diinginkan penentuan berat molekul suatu gas secara teliti maka hukum-hukum gas ideal dipergunakan pada tekanan yang rendah. Tetapi akan terjadi kesukaran ialah bila tekanan rendah maka suatu berat tertentu dari gas akan mempunyai volume yang sangat besar.. Untuk suatu berat tertentu bila tekanan berkurang volume bertambah dan berat per liter berkurang. Densiti yang didefinisikan dengan W/V berkurang tetapi perbandingan densiti dan tekanan d/p atau W/pV akan tetap, sebab berat total W tetap dan bila gas dianggap gas ideal pV juga tetap sesuai dengan persamaan berikut :
P V   =    R T
M   =    R T  =  (d/p)o R T
        
         Suatu aliran dari udara kering yang bersih dilewatkan cairan yang diukur tekanan uapnya. Ketelitian dari pengukuran ini tergantung pada kejenuhan udara tersebut. Untuk menjamin kejenuhan ini maka udara dilewatkan cairan tersebut secara seri. Bila V adalah volume dari w gram cairan tersebut dalam keadaan uap, M berat mol cairan dan tekanan uap dari cairan tersebut pada temperatur T maka tekanan uap dapat dihitung dengan hukum gas ideal :

P   =   ( )  R T
(Respati, 1992).
         Hukum gabungan gas untuk suatu sampel gas menyetakan bahwa perbandingan PV/T adalah konstan
Sebetulnya untuk gas-gas real (nyata) seperti metana (CH3) dan oksigen dilakukan pengukuran secara cermat, ternyata hal ini tidak benar betul. Gas hipotesis yang dianggap akan mengikuti hukum gabungan gas pada berbagai suhu dan tekanan hukum gabungan gas pada berbagai suhu dan tekanan disebut gas ideal. Gas nyata akan menyimpang dari sifat gas ideal.. Pada tekanan yang relatif rendah termasuk pada tekanan atmosfer serta suhu yang tinggi, semua gas akan menempati keadaan ideal sehingga hukum gas gabungan dapat dipakai untuk segala macam gas yang digunakan (Brady, 1999).
         Persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa volatil. Dalam hal ini menyarankan konsep gas ideal, yakni gas yang akan mempunyai sifat sederhana yang sama dibawah kondisi yang sama (Haliday, 1978).
Hukum Keadaan Standar
Untuk melakukan pengukuran terhadap volume gas, diperlukan suatu keadaan standar untuk digunakan sebagai titik acuan. Keadaan ini yang juga dikenal sebagai STP (Standart Temperature and Pressure) yaitu keadaan dimana gas mempunyai tekanan sebesar 1 atm (760 mmHg) dan suhu °C (273,15 K).
Satu mol gas ideal, yaitu gas yang memenuhi ketentuan semua hukum-hukum gas akan mempunyai volume sebanyak 22,414 liter pada keadaan standar ini.
Hukum Gas Ideal
Definisi mikroskopik gas ideal, antara lain:
  1. Suatu gas yang terdiri dari partikel-partikel yang dinamakan molekul.
  2. Molekul-molekul bergerak secara serampangan dan memenuhi hukum-hukum gerak Newton.
  3. Jumlah seluruh molekul adalah besar
  4. Volume molekul adalah pecahan kecil yang diabaikan dari volume yang ditempati oleh gas tersebut.
  5. Tidak ada gaya yang cukup besar yang beraksi pada molekul tersebut kecuali selama tumbukan.
  6. Tumbukannya elastik (sempurna) dan terjadi dalam waktu yang sangat singkat.
Gambaran Gas Ideal
Apabila jumlah gas dinyatakan dalam mol (n), maka suatu bentuk persamaan umum mengenai sifat-sifat gas dapat diformasikan. Sebenarnya hukum Avogadro menyatakan bahwa 1 mol gas ideal mempunyai volume yang sama apabila suhu dan tekanannya sama. Dengan menggabungkan persamaan Boyle, Charles dan persamaan Avogadro akan didapat sebuah persamaan umum yang dikenal sebagai persamaan gas ideal.
atau PV = nRT
R adalah konstanta kesebandingan dan mempunyai suatu nilai tunggal yang berlaku untuk semua gas yang bersifat ideal. Persamaan di atas akan sangat berguna dalam perhitungan-perhitungan volume gas.
Tekanan dan Suhu

Tekanan
Tekanan gas adalah gaya yang diberikan oleh gas pada satu satuan luas dinding wadah. Torricelli (Gambar 1.17), ilmuan dari Italia yang menjadi asisten Galileo adalah orang pertama yang melakukan penelitian tentang tekanan gas ia menutup tabung kaca panjang di satu ujungnya dan mengisi dengan merkuri. Kemudian ia menutup ujung yang terbuka dengan ibu jarinya, membalikkan tabung itu dan mencelupkannya dalam mangkuk berisi merkuri, dengan hati-hati agar tidak ada udara yang masuk. Merkuri dalam tabung turun, meninggalkan ruang yang nyaris hampa pada ujung yang tertutup, tetapi tidak semuanya turun dari tabung. Merkuri ini berhenti jika mencapai 76 cm di atas aras merkuri dalam mangkuk (seperti pada gambar dibawah).    
Toricelli menunjukkan bahwa tinggi aras yang tepat sedikit beragam dari hari ke hari dan dari satu tempat ke tempat yang lain, hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh atmosfer bergantung pada cuaca ditempat tersebut. Peralatan sederhana ini yang disebut Barometer.

Barometer
Hubungan antara temuan Toricelli dan tekanan atmosfer dapat dimengerti berdasarkan hokum kedua Newton mengenai gerakan, yang menyatakan bahwa:
Gaya = massa x percepatan
F = m x a
Dengan percepatan benda (a) adalah laju yang mengubah kecepatan. Semua benda saling tarik-menarik karena gravitasi, dan gaya tarik mempengaruhi percepatan setiap benda. Percepatan baku akibat medan gravitasi bumi (biasanya dilambangkan dengan g, bukannya a) ialah g = 9,80665 m s-2. Telah disebutkan di atas bahwa tekanan adalah gaya persatuan luas.

Suhu
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat merasakan panas atau dingin. Kita bisa mendeskripsikan bahwa kutub utara mempunyai suhu yang sangat dingin atau mendeskripsikan bahwa Surabaya atau Jakarta mempunyai suhu yang panas pada siang hari. Ilustrasi diatas merupakan dua ekspresi dari suhu, akan tetapi apakah kita tau definisi dari suhu itu sendiri? Definisi suhu merupakan hal yang sepele tapi sulit untuk disampaikan tetapi lebih mudah untuk dideskripsikan. Penelitian pertama mengenai suhu dilakukan oleh ilmuan Perancis yang bernama Jacques Charles.
Campuran Gas
Pengamatan pertama mengenai perilaku campuran gas dalam sebuah wadah dilakukan oleh Dalton (Gambar 1.19), ia menyatakan bahwa tekanan total, Ptol, adalah jumlah tekanan parsial setiap gas. Pernyataan ini selanjutnya disebut sebagai Hukum Dalton, hukum ini berlaku untuk gas dalam keadaan ideal. Tekanan parsial setiap komponen dalam campuran gas ideal ialah tekanan total dikalikan dengan fraksi mol komponen tersebut. (www.chem-is-try.org)
         Persamaan yang menghubungkan langsung massa molekul gas dengan rapatannya dapat diturunkan dari hukum gas ideal. Jika jumlah mol suatu gas dapat diketahui dengan membagi massanya dalam gram dengan massa molekulnya.
Jumlah mol (n)   =  
         Bila dimasukan dalam hukum gas ideal menghasilkan :
PV   =    R T
M   =  
Rapatan (d) adalah perbandingan antara massa (berat) terhadap volume, (g/V). Maka persamaan dapat ditulis :
M   =   d                              (Brady, 1999).
Kloroform adalah kimia relatif non-reaktif yang digunakan dalam berbagai laboratorium untuk pekerjaan penelitian,industri seperti pewarna dan pestisida serta obat-obatan. kepentingan mereka juga telah diwujudkan dalam Ventilasi Pemanas dan penyejuk udara industri. Dalam rumah tangga, kloroform digunakan terutama dalam hubungannya dengan bahan kimia lain seperti asam asetat dan pelarut lain sebagai deterjen untuk membersihkan tujuan. Meskipun komponen-komponen yang signifikan sekali terbentuk dalam pasta gigi, obat-obatan dan gel atau balm, efek membahayakan mereka menyadari dan dilarang dari penggunaan domestik. Menjadi kimia yang kuat, ketika dihirup, Kloroform bisa membuat manusia dan hewan pingsan.
Terlepas dari efek yang merugikan mereka, Kloroform masih tetap menggunakan mereka utuh tetapi hanya jika ditangani dengan sangat hati-hati dan langkah-langkah keamanan. Hal ini bisa disiapkan dalam rumah tangga yang menggunakan bahan baku seperti Bleach, aseton Murni dan banyak es. Produksi rinci kloroform meliputi:
  1. Lebih dari setengah liter pemutih dituangkan ke wadah kaca yang kuat dan setumpuk potongan besar es ditambahkan ke dalamnya dan membiarkan suhu yang lebih rendah.
  2. Tambahkan aseton untuk ini, seperti bahwa rasio aseton untuk kloroform adalah dengan perbandingan 1:50. Sebagai panas meningkat drastis dalam reaksi ini, es harus ditambahkan dari waktu ke waktu dan diperiksa untuk overheating.
  3. Biarkan reaksi kimia akan berlangsung selama sekitar 20 sampai 30 menit. Prosedur ini dapat dilakukan dengan bahan kimia lain seperti Butanon, etanol, isopropil alkohol dan sebagainya.
  4. Suatu zat murni berwarna putih mengendap di bagian bawah wadah yang perlu hati-hati diekstrak. Pada saat yang sama, sisa pelarut harus dibuang dengan hati-hati.
  5. Sebagai tindakan keamanan, disarankan untuk memakai kloroform baru dipersiapkan dalam waktu satu minggu. Bahkan, penyimpanan harus dilakukan dalam botol gelap untuk menghindari reaksi dengan sinar matahari. Selain itu menghindari ruang kosong antara bibir botol dan kimia untuk mencegah oksidasi.
Sintesis kimia kloroform dilakukan oleh eksploitasi dari proses klorinasi dimana campuran klorin dan metana dipanaskan bersama-sama. Namun, bahan kimia lain seperti klorometana dan diklorometana bisa membentuk yang dapat kemudian dipisahkan dengan distilasi. (http://tipdeck.com)



BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III. ALAT DAN BAHAN
     a.    Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah erlenmeyer (150 ml), gelas piala (600 ml), aluminium foil, karet gelang, jarum, neraca analitik dan desikator. 
b.     Bahan
Bahan-bahan Bahan-bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah akuades, cairan volatil seperti CHCl3 dan aseton.

 c. Rancangan alat :
  1. lubang kecil
  2. aluminium foil
  3. karet gelang ± 1cm
  4. erlenmeyer                                                                              
  5. air mendidih
  6. uap cairan X                                                                       
  7. cairan  volatile
  8.  gelas
  9.  api                                                                   
3.2  Prosedur Percobaan
1.      Mengambil sebuah labu erlenmeyer yang berleher kecil, yang bersih dan kering, kemudian menutup dengan aluminium foil dan kencangkan dengan karet gelang.
2.      Menimbang labu erlenmeyer beserta aluminium foil dan karet gelang dengan menggunakan neraca analitik.
3.      Memasukkan sebanyak 5 ml cairan volatil ke dalam labu erlenmeyer, kemudian menutup kembali dengan aluminium foil dan mengencangkan dengan karet gelang. Kemudian dengan menggunakan jarum dibuat lubang kecil pada aluminium foil.
4.      Merendam labu erlenmeyer di dalam penangas air dengan temperatur kurang dari 100oC
5.      Membiarkan sampai seluruh cairan volatil menguap, mencatat temperatur penangasnya, kemudian diangkat. Lalu mengeringkan bagian luar labu erlenmeyer, kemudian diletakkan di dalam desikator untuk didinginkan.
6.      Menimbang labu erlenmeyer yang telah dingin tanpa melepas aluminium foil dan karet gelang.
7.      Menentukan volume dari labu erlenmeyer dengan cara mengisi labu dengan air sampai penuh.
8.      Mengukur tekanan atmosfer dengan menggunakan barometer.
3.3 skema kerja                                              
                                               

                                                            


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari  percobaan yang telah dilakukan mengenai penentuan viskositas zat cair dengan mengguankan viscometer aswald diperoleh hasil
 [] sample %
V sample(ml)
 t sample (S)
Density (g/ml)
ʐ( dyne s/cm3)
0.1
2
5.66
1.006
8.2 10-3
0.3
6
5.78
1.032
8.51 10-3
0.5
10
5.87
1.014
8.56 10-3
0.7
14
6.04
1.036
8.9 10-3

Dan dari percobaan dari cairan pembanding dapat diketahui
ʐ( dyne s/cm3) = 8 .10-3
to = 5.63 s

IV.2 Pembahasan 
Persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa volatil. Dalam hal ini menyarankan konsep gas ideal, yakni gas yang akan mempunyai sifat sederhana yang sama dibawah kondisi yang sama. Berdasarkan  persamaan gas ideal dapat diketahui bahwa banyaknya mol gas biasanya dinyatakan sebagai n, juga sama dengan massa, m dibagi massa molar, M (yang mempunyai satuan) g/mol ) jadi n = mol/M. Berat molekul (bila tak bedimensi) sama dengan bilangan massa molar :
PV =
            Praktikum kali ini bertujuan untuk dapat menentukan berat molekul senyawa volatil berdasarkan pengukuran massa jenis gas dengan menggunakan persamaan gas ideal. Pada percobaan kali ini dipergunakan sampel berupa larutan kloroform dan aseton.
Pada praktikum kali ini, dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan massa erlenmeyer kosong agar dapat menentukan massa cairan. Berat labu erlenmeyer ditambahkan alumium foil dan karet gelang untuk kloroform yakni 72,98 gr sedangkan berat labu erlenmeyer ditambah alumium foil dan karet gelang untuk aseton yakni 73,80 gr. Labu erlenmeyer kemudian dimasukan kloroform/aseton  lalu dipanaskan sampai suhu 100 °C. Setelah semua cairan volatil menguap, labu erlenmeyer diangkat, kemudian diletakkan dalam desikator. Desikator berfungsi sebagai pengering dan pendingin dari alat laboratorium untuk percobaan. Berat labu erlenmeyer ditambahkan alumium foil dan karet gelang untuk kloroform yang didinginkan yakni 73,66 gr sedangkan berat labu erlenmeyer ditambah alumium foil dan karet gelang untuk aseton yang didinginkan yakni 73,95 gr. Oleh karena itu didapatkan berat cairan kloroform yakni 0,689 gr dan untuk aseton yakni 0,159 gr.
Dengan menggunakan persamaan gas ideal maka diperoleh BM dari larutan volatil tersebut. Dalam perhitungan didapatkan nilai BM kloroform ialah 151,45 gr/mol, sedangkan BM kloroform yang sebenarnya adalah  119,5 g/mol. Dalam perhitungan didapatkan nilai BM aseton ialah 33,7045  gr/mol, sedangkan BM aseton yang sebenarnya adalah 58 g/mol. Hasil yang didapatkan ini jauh berbeda dengan nilai BM secara teoritis. Kesalahan ini dapat terjadi karena kekurangtelitian praktikan pada saat praktikum. Kesalahan dapat juga terjadi karena kesalahan pada saat melakukan pemanasan; alat yang digunakan kurang bersih dan steril; masih terdapatnya udara dalam labu erlenmeyer hingga mempengaruhi nilai BM yang diperoleh.
Dalam perhitungan berat molekul (BM) aseton dan kloroform dapat menggunakan persamaan gas ideal yaitu dengan adanya volume air dan massa jenisnya, maka dapat dihitung massa jenis zatnya. Dengan mengetahui nilai massa jenis zat maka berat molekul juga dapat dihitung.  Pada data hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa nilai massa cairan volatil berpengaruh terhadap berat molekul (BM). Dengan demikian, semakin besar nilai dari massa cairan volatil nya maka semakin besar pula nilai berat molekulnya.
Dalam percobaan kali ini digunakan dua larutan volatil, yaitu zat kloroform dan aseton. Kedua cairan volatil tersebut tampak berbeda dalam lama pengerjaannya. Pada larutan kloroform, zat bila dipanaskan lebih lambat menguap daripada aseton. Hal tersebut disebabkan karena berat molekul dari kloroform itu sendiri jauh lebih besar daripada aseton sehingga fase dari kloroform jauh lebih sulit untuk diubah daripada aseton.


BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.      Penentuan berat molekul senyawa volatil dapat dilakukan dengan mengukur massa jenis senyawa dan menggunakan persamaan gas ideal.
2.      Nilai BM (berat molekul) yang diperoleh pada percobaan untuk kloroform adalah sebesar 151,45gr/mol, sedangkan nilai BM teoritisnya sebesar  119,5  gr/mol.
3.      Nilai BM (berat molekul) yang diperoleh pada percobaan untuk aseton adalah sebesar 30,7045 gr/mol, sedangkan nilai BM teoritisnya sebesar    58 gr/mol.

V.2  Saran
Untuk Lab                   : Diharapkan alat-alat di laboratorium dilengkapi, khususnya timbangan, agar praktikum berjalan sesuai jadwal dan mengefesiensikan waktu agar tidak terbuang sia-sia.
Untuk Asisten          :    Diharapkan asisten tetap semangat dalam membimbing praktikannya
Untuk Praktikan       :    Sebaiknya praktikan harus memahami prosedur kerja terlebih dahulu sebelum praktikum agar tidak banyak waktu yang sia-sia.






DAFTAR PUSTAKA
Pelita, elda. 2011. Modul Praktikum Kimia Fisika I. Padang : ATIP
Basuki, Atastina Sri. 2003. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika. Laboratorium Dasar Proses Kimia: TGP FTUI.
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas, Jilid 1, edisi kelima. Binarupa Aksara: Jakarta.
Halliday dan Resnick. 1978. Fisika Jilid I. Erlangga: Jakarta.
Respati. 1992. Dasar-Dasar Ilmu Kimia Untuk Universitas. Rineka Cipta: Yogyakarta.
Semarang, 13 November 2012
1.       


















LAMPIRAN
1.      Penantuan BM Acetaon (C3H6O)
Percobaan 1
G = G2 - G1
= 111.395 – 111.035
= 0.360
V =  311 ml
Mr =
=
= 33.56
Percobaan 2
G = G2 - G1
= 126.811 – 126.368
= 0.443
V =  311 ml
Mr =
=
= 41.18


2.      Penantuan BM Kloroform (CHCL3)
Percobaan 1
G = G2 - G1
= 112.1313 – 111.0308
= 1.100
V =  311 ml
Mr =
=
= 103.56

Percobaan 2
G = G2 - G1
= 127.677 – 126.5861
= 1.091
V =  311 ml
Mr =
=
= 102.71


3.      BM secara teori
BM C3H60
=3 (12) + 6 + 16
= 58
BM CHCL3
= 12 + 1 + 3 ( 35.5 )
=119.5














No comments:

Post a Comment

jangan lupa koment di kolom komentar ya !!!
saran, kritik,pertanyaan dan pendapat

SIMULASI SINTESIS BIODIESEL MENGGUNAKAN SOFTWARE ASPEN HYSYS DAN ASPEN PLUS

  SIMULASI SINTESIS BIODIESEL MENGGUNAKAN SOFTWARE ASPEN HYSYS DAN ASPEN PLUS Oktriza Lora *, Chykita Arnel Faculty of Industrial ...