This is a Heading

This is a paragraph.

Avatar -->

Wednesday, November 20, 2019

bundelan praktikum instrumen analitik Politeknik ATIP teknik kimia bahan nabati


LAPORAN PRAKTIKUM
INSTRUMEN ANALITIK


 




Nama                   : Oktriza Lora
No. BP                  :1512035
Kelompok            : 12
Dosen                   : Addin Akbar


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA BAHAN NABATI
POLITEKNIK ATI PADANG
2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Metode kalorimetri dan spektrofotometri merupakan salah satu metode yang penting dalam analisa kuantitatif. Kedua metode ini didasarkan atas penyerapan cahaya tampak dan energi radiasi lain oleh suatu larutan, jumlah radiasi yang diserap berbanding lurus dengan dengan konsentrasi zat yang konsentrasi dalam larutan. Analisa kalorimetri adalah penentuan kuantitatif suatu zat berwarna dari kemampuannya untuk menyerap cahaya. 
 Intensitas atau kepekatan warna tersebut diukur dengan warna yang pekat terhadap impuls cahaya  yaitu foto sel. Foto sel akan menyebabkan perubahan potensial   bila diberi impuls cahaya yaitu cahaya tergantung pada konsentarasi  zat dalam larutan  yang menyerap  cahaya tersebut.
Cahaya monokromatis merupakan cahaya satu warna yang mempunyai satu panjang gelombang. Hubungan antara konsentrasi dengan cahaya yang diserap  dinyatakan dalam hukum Beer – Lambert.

I.2  TUJUAN
*      Mempelajari beberapa metoda kolorimetri
*      Menerapkan metoda bajerum dalam penentuankonsntrasi Cu²
*      Menentukan konsentrasi Cu² dalam larutan tugas








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kolorimetri merupakan suatu metoda analisa kimia yang didasarkan pada tercapainya kesamaan besaran warna antara larutan sampel dengan larutan standar dengan menggunakan sumber cahaya polikromatis dan detektor mata. Metoda ini didasarkan pada penyerapan cahaya tampak dan energi radiasi lainnya oleh suatu larutan.
Metoda ini dapat diterapkan untuk penentuan komponen zat warna ataupun komponen yang belum bewarna, namun dengan menggunakan reagen pewarna yang sesuai dapat menghasilkan senyawa bewarna yang merupakan fungsi dari kandungan komponennya. Jika telah tercapai kesamaan warna berarti jumlah molekul zat penyerap yang dilewati sinar pada kedua sisi tersebut telah sama dan ini dijadikan dasar perhitungan. Contohnya adalah larutan nitrit dibuat berwarna
dengan pereaksi sulfanilamida dan N-(1-naftil)-etilendiamin. Jumlah radiasi yang
diserap berbanding lurus dengan konsentrasi zat penyerap dalam larutan.
Absorbsi sinar UV atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi elektron bonding, akibatnya panjang gelombang absorbsi maksimum dapat dikorelasikan dengan jenis ikatan yang ada pada molekul yang sedang diselidiki. Oleh karena itu spektroskopi serapan molekul berharga untuk mengindentifikasi gugus-gugus fungsional yang ada dalam suatu molekul. Akan tetapi yang lebih penting adalah penggunaan spektroskopi serapan ultra violet dan sinar tampak untuk penentuan kuantitatif senyawa-senyawa yang mengandung gugus-gugus pengabsorbsi.
Kolorimetri terbagi atas 2 metoda, yaitu :
a)      Kolorimetri visual
Menggunakan mata sebagai detektor.


b)      Fotometri
Menggunakan fotosel sebagai detektornya.
Metoda kolorimetri visual merupakan metoda yang konvensional dan sudah jarang digunakan karena tidak akurat. Hal ini disebabkan karena mata hanya sebagai detektor untuk melihat kesamaan warna, bukan sebagai alat ukur intensitas absorbsi.
Metoda analisa kolorimetri visual ada 4 macam yaitu :
1)   Metoda standar seri (metoda nesler) :
 pada metoda ini dibuat sederetan larutan standar dalam tabung yang berukuran sama dengan jenis yang sama pula.
2) Metoda keseimbangan :
Pada metoda ini dilakukan dengan cara membandingkan larutan sampel dengan larutan standar yang didasarkan pada ketebalan larutan standar yang divariasikan. Metoda ini dibagi tiga, yaitu :
  • sistem slinder hechner
  • bajerum comperator
  • dubosq colorimetri
3)  Metoda pengenceran : menggunakan satu zat standar dan sejumlah buret yang
berisi blanko. Kosentrasi standar diencerkan dengan blanko sampai terjadi
kesamaan warna.
4) Metoda standar sintesis : zat yang diselidiki diperoleh dengan cara penambahan sejumlah komponen standar terhadap suatu larutan blanko sampai terjadi kesamaan warna.
Syarat-syrat menentukan kosentrasi dengan metoda kolorimetri visual
adalah sebagai berikut :
A. Tinggi larutan konstan (Constant Depht Methods)
terbagi menjadi dua metoda :
1. Tabung Nessler
Pada metoda ini digunakan beberapa tabung reaksi berbentuk silinder. Masing-masing tabung diisi dengan larutan standar dengan konsentrasi terukur dan bervariasi dengan tinggi larutan yang sama. Tabung ini disusun pada rak tabung bercat hitam yang tidak mengkilat, agar tidak memantulkan sinar yang datang pada tabung.
Kemudian larutan sampel dengan tinggi yang sama diletakkan di sela tabung-tabung tersebut dan bandingkan warna larutan standar dan sampel dengan melihat dari atas tabung (vertikal). Jika ada warna larutan standar yang sama dengan sampel, berarti konsentrasi sampel sama dengan larutan standar tersebut. Atau jika warnanya berada diantara dua warna larutan standar yang berdekatan, berarti konsentrasi sampel berada dalam range dari konsentrasi kedua larutan tersebut.
2. Bajerum Comparator
Pada alat ini, untuk mencapai kesamaan warna antara larutan sampel dengan larutan standar dilakukan dengan cara menggeser larutan sampel disepanjang skala yang berada di atas bajerum. Bajerum comparator ini merupakan suatu kotak transparan persegi panjang yang dibagi dua menurut diagonal bidangnya. Bagian depan dimana skala tertera, diisi dengan larutan standard an bagian lainnya diisi dengan blanko. Pengamatan dialakukan dari bagian depan (horizontal).

B.Tinggi larutan berbeda (Variable Depth Methods)
terbagi menjadi dua metoda :

1. Tabung Herner
Tabung Herner berupa sepasang silinder dengan keran untuk mengeluarkan larutan dari dalam silinder yang warna larutannya lebih pekat sehingga tingginya berubah, agar didapatkan warna yang sama pada kedua silinder.

2. Kolorimeter Dubosq
Pada alat ini kesamaan warna didapatkan dengan cara mengatur tinggi rendahnya pemberat (plunger), agar tinggi larutan dalam bejana berubah sehingga didapatkan intensitas warna yang sama pada spiltfield. Syarat metoda kolorimetri adalah larutan harus berwarna. Jika larutan tidak bewarna maka dilakukan dahulu pengomplekan dengan penambahan reagen pewarna
v  Sedangkan syarat pewarnaan itu antara lain :
–warnayang terbentuk harus stabil
–reaksi pewarnaan harus selektif
– larutan harus transparan
kesensitifannya tinggi
ketepatan ulang tinggi
warna yang terbentuk harus merupakan fungsi dari konsentrasi.















BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 ALAT
1.      Buret 50 mL                             untuk mengeluarkan zat secara teliti
2.      Gelas piala 250 mL                   untuk melarutkan zat secara tidak teliti
3.      Standar                                     tempat tegaknya alat gelas
4.      Klem                                         untuk menjepit alat gelas pada standar
5.      Tabung reaksi                           sebagai kuvet tempat larutan standar
6.      Rak tabung reaksi                     tempat meletakkan tabung reaksi
7.      Corong                                      untuk membantu memindahkan larutan
8.      Pipet takar 10 mL                     untuk memipet larutan secara tidak teliti
9.      Gelas ukur 100 mL                   untuk mengambil larutan secara tidak teliti
10.  Bola hisap                                 untuk membantu memipet larutan
11.  Labu semprot                            untuk menyimpan aquades
clip_image023[4]
clip_image021
clip_image031
clip_image026
clip_image004[6]
 









3.2  BAHAN
1.      Aquades                                   sebagai pelarut
2.      NH4OH 1:1                              sebagai pereaksi pembentuk kompleks
3.      Cu2+ 1000 ppm                         sebagai larutan standar atau laruta induk
4.      Tisu                                           untuk mengeringkan tabung reaksi
3.3  CARA KERJA
1.   Pembuatan Deret Standar
a.    Dibuat deret larutan standar 100 ppm Cu2+ denagn memipit 25 ml larutan standar induk  Cu2+ 1000 ppm,lalu ditambah 25 ml NH4OH 1:1 dan diencerkan sampai tanda batas dengan akuades :

Larutan
I
II
III
IV
V
VI
CuSO4 1600 ppm
0 mL
2 Ml
4 mL
6 Ml
8 mL
10 mL
H2SO4 0,1 N
10 mL
8 Ml
6 mL
4 Ml
2 mL
0 Ml
NH4OH 1:1
2 mL
2 Ml
2 mL
2 mL
2 mL
2  Ml
         Diminta larutan tugas, ditambahkan 2 mL NH4OH 1:1.
b.   Dibandingkan warna larutan tugas dengan warna dari larutan deret standar dengan latar belakang putih agar mudah untuk diamati dengan detektor mata.
c.    Ditentukan daerah range warna larutan tugas terhadap standar, sesuai dengan daerah ini, dibuat kembali deret standar yang halus.
d.   Deretan standar variasi kecil  ini dibuat selisih volume sebesar 0,5 mL. Lalu ditambahkan H2SO4 0,1 N hingga 10 mL, masing-masing ditambahkan pula NH4OH 1:1 sebanyak 2 mL.Dengan latar belakang putih, dilihat kembali kesamaan warna larutan tugas dengan larutan standar yang halus ini.
e.    Dicatat tabung mana yang larutan tugasnya memiliki warna yang sama dengan larutan standar

fhdf.jpg
 

                                Pengamatan secara visual dengan detektor matab
BAB IV
HASIL  DAN PEMBAHSAN
1.1        HASIL
Tabel perbandingan larutan tugas dengan larutan deret standar
Larutan
I
II
III
IV
V
VI
CuSO4
0 mL
2 mL
4 mL
6 Ml
8 mL
10 mL
H2SO4 0,1 N
10 mL
8 Ml
6 mL
4 Ml
2 mL
0 Ml
NH4OH 1:1
2 mL
2 Ml
2 mL
2 mL
2 mL
2 Ml

Warna larutan tugas berada di antara tabung V dan tabung VI, maka deret variasi kecilnya sebagai berikut :
Larutan
C1-0
C1-1
C1-2
CuSO4
8.5 ml
9 ml
9.5 ml
H2SO4 0,1 N
1.5 ml
1 ml
0.5 ml
NH4OH 1:1
2 ml
2 ml
2 ml

Pada tabung C1-1(warna hijau ), warna larutan tugas sama dengan warna larutan deret standar halus dengan komposisi tersebut
 
II.          PEMBAHASAN
         Pada praktikum ini, detektor yang digunakan untuk melihat kesamaan warna tersebut adalah mata. Sehingga mata harus teliti dalam membedakan warna yang terbentuk antara dua buah larutan. Untuk lebih jelas melihat perbedaan kedua larutan, maka digunakan latar belakang berwarna putih sehingga perbedaan warna kedua larutan tampak jelas. Dalam praktikum ini, dilakukan pembuatan deret standar halus, tujuannya supaya ditemukan kesamaan warna larutan tugas yang benar-benar tepat dengan larutan standarnya. Sehingga konsentrasi yang didapat juga tepat.



BAB V
PENUTUP
2.1        KESIMPULAN
         Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan konsentrasi larutan tugas (Cx) secara kolorimetri standar seri sebesar 90 ppm

Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, maka semakin tinggi absorben. Ini sesuai dengan Hukum Beer-Lambert yaitu jumlah cahaya  yang diserap oleh suatu zat pada gelombang tertentu sebanding dengan kadar zat tersebut dalam larutan.

2.2        SARAN
Pada praktikum ini, penulis menyarankan, agar selalu hati-hati dan teliti dalam bekerja. Agar keselamatan kerja tercapai dan hasil yang didapatkan valid dan akurat. Serta gunakan selalu alat pelindung diri, terutama masker, supaya terlindung dari bau ammonium hidroksida yang begitu menyengat.






DAFTAR PUSTAKA

Khopkar,1990  Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia.
Kennedy.John. 1986. Analytical Chemistry Principle. Harcount Grace. New York
: Javanovich Publisher
Underwood, A.L. dan R.A. Day. 1999. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi ke-5.
Jakarta : Erlangga
Vogel. 1994.Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi ke-4. Jakarta : EGC

















PERHITUNGAN
a.   Konsentrasi larutan deret standar
Larutan
I
II
III
IV
V
VI
CuSO4
0 ml
2 ml
4 ml
6 ml
8 ml
10 ml
H2SO4 0,1 N
10 ml
8 ml
6 ml
4 ml
2 ml
0 ml
NH4OH 1:1
2 ml
2 ml
2 ml
2 ml
2 ml
2 ml

Diketahui : Konsentrasi Larutan induk CuSO4 =  1000 ppm
1.      Membuat larutan induk 1000 ppm (1000 mg zat terlarut dalam 1 liter pelarut ).Dengan volume 250 ml
=  x  = 0.25 gram
Maka ditimbang CuSO4 dan di encerkan dengan pelarut sebanyak 250 ml.
2.      Membuat larutan standar CU2+ 100 ppm . volume 250 ml dari larutan induk CU2+ 1000 ppm
                                    Vpekat  =
Vpekat  =  = 25 ml
Maka dipipet 25 ml  CU2+ 1000 ppm dan diencerkan dengan 250 ml aquades pada labu ukur.
3.      Membuat larutan H2SO4 0.1 N dengan volume 250 ml dari larutan induk H2SO4 4 N
Vpekat  =  = 6.25 ml
Maka dipipet 6.25 ml  H2SO4 4 N dan diencerkan dengan 250 ml aquades pada labu ukur.




b.   Konsentrasi Larutan Tugas (Cx)
Larutan
I
II
III
IV
V
VI
CuSO4
0 ml
2 ml
4 ml
6 ml
8 ml
10 ml
H2SO4 0,1 N
10 ml
8 ml
6 ml
4 ml
2 ml
0 ml
NH4OH 1:1
2 ml
2 ml
2 ml
2 ml
2 ml
2 ml

Variasi kecil
Larutan
C1-0
C1-1
C1-2
CuSO4
8.5 ml
9 ml
9.5 ml
H2SO4 0,1 N
1.5 ml
1 ml
0.5 ml
NH4OH 1:1
2 ml
2 ml
2 ml

Warna larutan tugas sama dengan warna larutan deret standar pada tabung C1-1.
Maka, konsentrasi Larutan Tugas (Cx) :

     (V.C ) Larutan Tugas (Cx)           = (V.C) Larutan standar CuSO4
     10 mL. C                                     = 9  mL. 100 ppm
     C  Larutan Tugas (Cx)                    = 90  ppm












BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

            Turbidimeter adalah salah satu alat pengujian kekeruan dengan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan.
            Kekeruhan adalah keadaan mendung atau kekaburan dari cairan yang disebabkan oleh individu partikel (suspended solids) yang umumnya tidak terlihat oleh mata telanjang, mirip dengan asap di udara. Pengukuran kekeruhan adalah tes kunci dari kualitas air . Cairan dapat mengandung suspensi padatan yang terdiri dari partikel dari berbagai ukuran.
Sementara beberapa materi dihentikan sementara akan cukup besar dan cukup berat untuk menyelesaikan cepat ke bagian bawah wadah jika sampel cairan yang tersisa untuk berdiri (yang padat settable), partikel-partikel sangat kecil hanya akan menyelesaikan sangat lambat atau tidak sama sekali jika sampel teratur atau partikel koloid. Partikel padat kecil ini menyebabkan cairan menjadil keruh.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dibahas lebih lanjut mengenai turbidimeter.
Tujuan
1.      Mahasiswa mampu mempelajari dan mengetahui sifat kekeruhan dari suatu larutan
2.      Mahasiswa mampu menentukan konsentrasi larutan sampel secara turbidimetri
3.      Mahasiswa mampu mempelajari dan memahami peralatan Visual Turbidimeter 
4.      Mahasiswa mampu



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Secara Turbidimetri
Analisis secara turbidimetri  merupakan analisis berdasarkan pengukuran turbiditas (S) atau kekeruhan dari suatu suspensi. Kekeruhan dapat disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang bervarisasi dari ukuran koloidal sampai dispersi kasar, tergantung dari derajat turbulensinya.
Pengukuran intensitas cahaya yang ditransmisi sebagai fungsi dari konsentrasi fase terdispersi adalah dasar dari analisis turbidimetri. Dalam membuat kurva kalibrasi dianjurkan dalam penerapan turbidimetri karena hubungan antara sifat-sifat optis suspensi dan konsentrasi fase terdispersinya paling jauh adalah semi empiris. Agar kekeruhan (turbidity) itu dapat diulang penyiapannya haruslah seseksama mungkin, endapan harus sangat halus. Intensitas cahaya bergantung pada banyaknya dan ukuran partikel dalam suspensi sehingga aplikasi analitik dapat dimungkinkan.
Prinsip spektroskopi absorbsi dapat digunakan pada turbidimeter, dan nefelometer. Untuk turbidimeter, absorpsi akibat partikel yang tersuspensi diukur sedangkan pada nefelometer, hamburan cahaya oleh suspensilah yang diukur.
 Meskipun presisi metode ini tidak tinggi tetapi mempunyai kegunaan praktis, sedang akurasi pengukuran tergantung pada ukuran dan bentuk partikel. Setiap instrument spektroskopi absorpsi dapat digunakan untuk turbidimeter, sedangkan nefelometer memerlukan resptor pada sudut 900C terhadap lintasan cahaya.
Aplikasi teknik turbidimeter cukup luas, misalkan dalam studi pencemaran air, jumlah sulfat dalam air dapat diukur dengan turbidimeter. Penentuan sulfat dalam air laut, dapat dilakukan dengan mengubah sulfat menjadi suatu partikel yang tersuspensi dalam air laut tersebut, sehingga memungkinkan dilakukannya analisa secara turbidimetri.
Dalam turbidimetri digunakan larutan yang berupa koloid atau tersuspensi. Larutan jernih dapat diukur dengan metoda ini dengan jalan memberikan emulgator untuk mengemulsi larutan. Larutan tersuspensi atau koloid mengandung partikel yang berukuran 10-10 cm. Ukuran partikel ini biasanya dapat dilihat dengan mata.
Hamburan yang terukur pada alat turbidimetri adalah hamburan yang diteruskan atau yang membentuk sudut 1800. Sedangkan hamburan yang membentuk sudut 900, hamburannya terdeteksi oleh alat Nefelometer.
   Sinar yang dihamburkan oleh partikel terlarut dalam suatu larutan ada berbagai macam yaitu ;
1.    Hamburan Reylegh
Yaitu hamburan sinar oleh molekul-molekul yang diameternya jauh lebih kecil dari sinar yang dihamburkan. Intensitas sinar yang terpancar sebanding dengan satu per panjang gelombang berpangkat empat.
2.    Hamburan Tyndall
Yaitu hamburan sinar yang diameter molekul-molekulnya lebih besar dari sinar yang dihamburkan. Pada hamburan Reylegh dan hamburan Tyndal tidak terjadi perubahan frekuensi sinar dating dengan sinar  yang  dihamburkan.
3.    Hamburan Rayman
Yaituhamburan yang dapat mengubah frekuensi antara sinar yang datang dengan sinar yang dihamburkan.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKW_-vrStIb50VToCIbWFFf2DNBDILKiq2PIp20v6Inj7o7g5w5HcKTnsImCsyyxM4ZJlW0plLrnQ2F582J9FE6BMfTTsFRxDeGYNRbg92AJ0GYu8BFsN0ZkCso773v_328hOEfuq8kcI/s1600/turbidimeter_micro100.jpg

Proses hamburan cahaya yang mengenai partikel dalam larutan dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu :
1.    Konsentrasi cuplikan. Jika konsentrasi terlalu kecil maka partikel yang terbentuk juga akan kecil. Partikel yang kecil akan sedikit menghamburkan sinar  sehingga  akan susah terbaca.
2.    Konsentrasi  emulgator.
Konsentrasi emulgator yang dimaksud disini adalah perbandingan antara konsentrasi dengan emulgator. Jika perbandingannya  terlalu kecil, koloid yang terbentuk terlalu kecil sehingga susah terbaca oleh  alat. Namun jika perbandingan ini terlalu besar, emulgator  sisa  akan terbuang dengan sia-sia.
3. Lamanya pendiaman.
Pengaruh ini bergantung pada kecepatan reaksinya. Sebaiknya reaksi berjalan selama waktu optimumnya.
4. Kecepatan dan urutan pencampuran reagen.
5. Suhu.
Suhu tergantung pada kondisi optimum reaksi.
6. pH  atau derajat keasaman.
pH berhubungan dengan emulgator.
7. Kekuatan ion.
8. Intensitas  sinar.
Komponen-komponen yang terdapat pada turbidimeter adalah :
a.    Sumber cahaya
Ø  Lampu mercuri
Ø  Lampu tungsten
b.    Filter
Ø  Jika pelarut dan partikel terdispersi tidak berwarna maka digunakan filter light
Ø  Jika pelarut dan partikel terdispersi  berwarna coklat maka digunakan filter dark
c.    Kuvet
Ø  Kuvet silinder
Ø  Kuvet semi octagonal
d.   Detektor
      Pada turbidimeter  digunakan  detector  phototube.

Ukuran kuantitatif dari sinar yang dihamburkan sejajar dengan sinar semula disebut  dengan turbidan (s), maka dapatdibuat suatu hubungan antara S, Pt, Po yaitu

s  =  log Po/Pt = k b c

dimana:
S  =  turbidan                             Po        =  intensitas cahayadatang
            k  =  konsentrasi                          c         =  konsentrasi             
            b  =  tebalkuvet                          Pt         =  intensitas cahaya yang       
Untuk memakai persamaan ini sebagai dasar perhitungan konsetrasi maka harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1.    Konsentrasi cuplikan tidak boleh terlalu  tinggi / pekat karena jika suspensi terlalu pekat di samping sinar semula akan banyak pula sinar hamburan yang mencapai detector sehingga besarnya sinar yang ditransmisikan lebih besar dari sinar yang seharusnya.
2.    Ukuran partikel tidak boleh terlalu besar karena jika terlalu besar maka akan lebih banyak hamburan kearah yang sama dengan sinar semula.
3.    Ukuran partikel tidak boleh terlalu kecil karena terlalu sedikit sinar yang ditransmisikan.
4.    Suspensi partikel penghambur sinar harus encer, ukuran partikel tidak boleh terlalu besar.
Turbidimeter  merupakan alat yang digunakan untuk menguji kekeruhan, yang biasanya dilakukan pengujian adalah pada sampel cairan misalnya air. Salah satu parameter mutu yang sangat vital adalah kekeruhan yang kadang-kadang diabaikan karena dianggap sudah cukup dilihat saja atau alat ujinya yang tidak ada padahal hal tersebut dapat berpengaruh terhadap mutu.
Oleh sebab itu untuk mengendalikan mutu dilakukan uji kekeruhan dengan alat turbidimeter. Ada beberapa cara praktis memeriksa kualitas air, yang paling langsung karena beberapa ukuran redaman (yaitu, pengurangan kekuatan) cahaya saat melewati kolom sampel air, Kekeruhan diukur dengan  cara ini menggunakan alat yang disebut nephelometer dengan setup detector kesisi sinar. Satuan kekeruhan dari nephelometer dikalibrasi disebut Nephelometric Kekeruhan Unit (NTU). Kekeruhan di danau, waduk, saluran, dan laut dapat diukur dengan menggunakan Secchi disk. Kekeruhan di udara, yang menyebabkan redaman matahari, digunakan sebagai ukuran polusi.Untuk model redaman dari radiasi balok, beberapa parameter kekeruhan telah diperkenalkan, termasuk factor kekeruhan Linke (TL). Kekeruhan (atau kabut) juga diterapkan untuk padatan transparan seperti kaca atau plastik. Dalam kabut produksi plastic didefinisikan sebagai persentase cahaya yang  dibelokkan lebih dari 2,5 ° dari arah cahaya masuk.
Turbidimeter yaitu sifat optic akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspense adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan.
 Turbidimeter meliputi pengukuran cahaya yang diteruskan. Turbiditas berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan, tetapi turbiditas tergantung juga pada warna.Untuk partikel yang lebih kecil, rasio Tyndall sebanding dengan pangkat tiga dari ukuran partikel dan berbanding terbalik terhadap pangkat empat panjang gelombangnya.
Prinsip spektroskopi absorbs dapat digunakan pada turbidimeter dan nefelometer. Untuk turhidimeter, absorbs akibat partikel yang tersuspensi diukur sedangkan pada nefelometer, hamburan cahaya oleh suspensilah yang diukur. Meskipun prcsisi metode ini tidak tinggi tetapi mempunyai kegunaan praktis, sedangkan akurasi pengukuran tergantung pada ukuran dan bentuk partikel.
Setiap instrument spektroskopi absorbs dapat digunakan untuk turbidimeter, sedangkan nefelometer kurang sering digunakan pada analisis anorganik.  yang lebih tinggi, absorbs bervariasi secara Tinier terhadap konsentrasi, sedangkan pada konsentrasi lebih rendah untuk system koloid Tedan SnCl2, tembaga ferosianida dan sulfida-sulfida logam berat tidak demikian halnya. Kelarutan zat tersuspensi seharusnya kecil. Suatu gelatine pelindung koloid biasanya digunakan untuk membentuk suatu disperse koloid yang seragam dan stabil.
            Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu :
v  Pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap intensitas cahaya yang datang
v  Pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalaman dimana cahaya mulai tidak tampak di dalam lapisan medium yang keruh.
v  Instrumen pengukur perbandingan Tyndall disebut sebagai Tyndall meter. Dalam instrument ini intensitas diukur secara langsung. Sedang pada nefelometer, intensitas cahaya diukur dengan larutan standar.
Beberapa senyawaan yang tak-dapat-larut, dalam jumlah-jumlah sedikit, dapat disiapkan dalam keadaan agregasi sedemikian sehingga diperoleh suspensi yang sedang-sedang stabilnya. Sifat-sifat dari suspense akan berbeda-beda menurut konsentrasi fase terdispersinya.
Bila cahaya dilewatkan melalui suspense tersebut, sebagian dari energy radiasi yang jatuh dihamburkan dengan penyerapan, pemantulan, pembiasan, sementarasisanyaditransmisi (diteruskan). Pengukuran intensitas cahaya yang ditransmisi sebagai fungsi dari konsentrasi fase terdispersi adalah dasar dari analisis turbidimetri.
 Dalam membuat kurva kalibrasi dianjurkan dalam penerapan turbidimetri karena hubungan antara sifat-sifat optis suspense dan konsentrasi fase terdispersinya paling jauh adalah semi empiris. Agar kekeruhan (turbidity) itu dapat diulang penyiapannya haruslah seseksama mungkin, endapan harus sangat halus. Intensitas cahaya bergantung pada banyaknya dan ukuran partikel dalam suspense sehingga aplikasi analitik dapat dimungkinkan (Underwood,dkk.,1994).



konsep+bayangan+mikroskop
 



Keterangan :
  1. Sejumlah cahaya ditembakkan dari sebuah sumber cahaya menuju monokromator
  2. Monokromator akan menguraikan cahaya dan meneruskannya menuju cuvet yang berisikan suspensi sel
  3. Ketika cahaya melewati cuvet, maka terjadi tiga kemungkinan
1.      Cahaya akan diserap sebagian oleh partikel tersuspensi
2.      Sebagian cahaya diteruskan
3.      dan sebagian lagi menyebar ke segala arah
  1. Jumlah cahaya yang diserap akan sebanding dengan jumlah partikel tersuspensi (konsentrasi sampel).
  2. Pengukuran dilakukan dengan spektrofotometer (detektor)
Prinsip spektroskopi absorbsi dapat digunakan pada turbidimeter, dan nefelometer. Untuk turbidimeter, absorpsi akibat partikel yang tersuspensi diukur sedangkan pada nefelometer, hamburan cahaya oleh suspensilah yang diukur. Meskipun presisi metode ini tidak tinggi tetapi mempunyai kegunaan praktis, sedang akurasi pengukuran tergantung pada ukuran dan bentuk partikel. Setiap instrument spektroskopi absorpsi dapat digunakan untuk turbidimeter, sedangkan nefelometer memerlukan resptor pada sudut 900C terhadap lintasan cahaya. Metode nefelometer kurang sering digunakan pada analisis anorganik. Pada konsentrasi lebih tinggi, absorpsi bervariasi secara linear terhadap konsentrasi, sedangkan pada konsentrasi lebih rendah untuk sistem koloid Te dan SnCl2, tembaga ferrosianida dan sulfide-sulfida logam berat tidak demikian halnya. Kelarutan zat tersuspensi seharusnya kecil. Suatu gelatin pelindung koloid biasanya digunakan untuk membentuk suatu disperse koloid yang seragam dan stabil.
Ketika menggunakan kurva kalibrasi konvensional, maka harus diketahui bahwa perbandingan respon/konsentrasi adalah sama baik di dalam sampel maupun didalam larutan standar.
Ada dua keadaan yang dapat menyebabkan ketidak-akuratan ketika menggunakan kurva kalibrasi, yaitu:
1.    Faktor-faktor yang berada didalam sample yang mengubah perbandingan respon/konsentrasi, tetapi factor tersebut tidak ada didalam larutan standar (misalnya perubahan pH, kekuatan ion, kekeruhan, viskositas, gangguan kimia dan lain lain). Faktor-faktor tersebut akan mengubah kemiringan (slope) kurva kalibrasi.
2.    Faktor yang tampak/kelihatan pada alat pendeteksi misalnya warna atau kekeruhan sample yang menyerap atau menghamburkan cahaya pada panjang gelombang pengukuran.  Faktor ini tidak berpengaruh terhadap  slope kurva kalibrasi. (Lehaw.2012.http://lehaw.blogspot.com/2012/02/turbidimetri.html)












BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
1.        Peralatan Turbiditimeter helige, untuk mengukur konsentrasi partikel dalam        suatu suspensi
2.        Labu ukur, untuk mengencerkan larutan yang ingin diencerkan
3.        Pipet takar, alat yang digunakan untuk memipet larutan
4.        Kuvet, digunakan sebagai wadah sampel ketika akan diuji kekeruhannya
3.2 Bahan
1.    HCL untuk memberikan ekerhan pada sulfat
2.    Aquadest sebagai pelarut
3.    Larutan induk sulfat 1000 ppm
4.    Tween 80 unk menstabilkan kekeruhan
3.3 Cara Kerja
a.      Dari larutan induk ini dibuat deret standar dengan konsentrasi larutan induk 0,0;  2,0;  4,0; 6,0; 8,0;10.0 dan 12,0.
b.      Masing 2 dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml dan dipaskan sampai tanda batas
c.       Tambahkan pada masing-masing larutan standar 2ml HCL dan 2 ml Tween 80
d.      Diukur turbidan larutan tersebut.
e.       Untuk sampel lakukan perlakuan yang sama

3.4 Pengukuran deret standar dan larutan tugas :
1.    Hubungkan alat digital turbidimeter dengan arus listrik. Lalu tekan tombol ON dan biarkan stabil sekitar 5 menit.
2.    Dimasukan larutan blanko k dalam kuvet , sset alat pada skal nol.
3.    Ukurlah deretan standar, mulai dari kosentrasi terendah sampai konsentrasi tertinggi.
4.    Lakukan hal yang sama untuk pengukuran larutan tugas (Cx).
5.    Buat kurva kalibrasi standar antara konsentrasi dengan pembacaan/turbidan.
6.    Tentukan konsentrasi larutan tugas dengan menggunakan kurva kalibrasi standar
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Hasil
No
Nama
Turbidan
C(X)
1
Lora
4.93
8.02
2
Wahyu
4.77
6.35
3
Warsa
4.22
0.625
4
Arifin
5.10
9.97
Tabel IV. 1 HASIL PERCOBAAN
IV. 2 PEMBAHASAN
Pada percobaan ini alat yang digunakan untuk mengukur turbiditans yaitu turbidimeter. Turbidimeter memiliki sifat optik akibat dispersi sinar yang dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Cahaya yang tiba dapat dipantulkan dengan intensitas tertentu katena akibat adanya partikel-partikel tersuspensi di dalam sampel yang bergerak dengan gerakan efek tyndall. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suspensi adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya dianggap konstan.
Sebelum turbidimeter digunakan untuk menentukan tingkat kekeruhan dari sampel, terlebih dahulu turbidimeter dikalibrasi dengan menggunakan sampel standar dari turbiditans/kekeruhan. Hal ini dilakukan untuk menstandarkan kembali alat tersebut pada keadaan atau kondisi praktikum.
Pada percobaan ini, uji kekeruhan dilakukan pada sampel yang berbeda konsentrsinya  yaitu larutan asam sulfat . Sampel-sampel ini dimasukkan ke dalam kuvet. Dalam pengisian harus dilakukan secara hati-hati agar kuvet tidak basah. Tapi jika basah harus dibersihkan dengan tissue sampai kering. Sebab jika tidak dibersihkan akan mempengaruhi hasil bahkan dapat merusak alat turbidimeter. Selanjutnya sampel diukur kekeruhannya. Dari hasil pengukuran standat persamaan regresinya yang didapatkan adalah: Y = 4.16 +   (x) dan dari persamaan ini dapat ditentukan nilai C(X) yang terdapat pada tabel hasil
Berikut adalah Kurva Kalibrasi Standar

Bedasarkan kurva tersebut dapat terlihat bahwa konsentrasi berbanding lurus dengan turbidiy sehingga semakin besar konsentrasi maka semakin besar pula tingkat  kekeruhan suatu larutan.













BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
  Dari pratikum yang telah dilakukan, maka pratikan dapat menyimpulkan bahwa turbidity larutan tugas yang di dapatkan adalah 4.93, 4.77, 4.22, 5.10  Hingga didapatkan konsentrasi larutan tugas sebesar 8.02, 6.35, 0.625, 9.79  yang didapatkan dari persamaan regresi Y = 4.16 +   (x)
Ada dua keadaan yang dapat menyebabkan ketidak-akuratan ketika menggunakan kurva kalibrasi, yaitu:
1.                  Faktor-faktor yang berada didalam sample yang mengubah perbandingan respon/konsentrasi, tetapi faktor tersebut tidak ada didalam larutan standar (misalnya perubahan pH, kekuatan ion, kekeruhan, viskositas, gangguan kimia dan lain lain). Faktor-faktor tersebut akan mengubah kemiringan (slope) kurva kalibrasi.
2.                  Faktor yang tampak/kelihatan pada alat pendeteksi misalnya warna atau kekeruhan sample yang menyerap atau menghamburkan cahaya pada panjang gelombang pengukuran. Faktor ini tidak berpengaruh terhadap slope kurva kalibrasi.


 V.2    Saran
1.      Penggunaan alat ini harus dilakukan secara hati-hati, sebab alat ini sangat sensitif dan mudah rusak.
2.      Ketika ingin memasukkan kuvet ke dalam turbidimeter sebaiknya lakukan pembersihan atau pengeringan terhadap dinding luar kuvet.





LAMPIRAN PERHITUNGAN
Larutan induk 1000 ppm
Larutan standar sulfat 100 ppm , volume = 100 ml
(V1 N1)pekat =  (V2 N2) encer
V pekat          =  100 ml .100 ppm/1000ppm
V pekat          =  10 ml

Larutan standar dengan volume 50 ml
1.            Untuk [0]
V1 N1                       = V2 N2
V1 pekat                         = 0 . 50 /100
V1                              = 0 ml
2.            Untuk [2]
V1 M1                       = V2 M2
V1 pekat                         = 2 . 50 /100
V1                              = 1 ml
3.            Untuk [4]
V1 M1                       = V2 M2
V1 pekat                         = 4 . 50 /100
V1                              = 2  ml
4.            Untuk [6]
V1 M1                       = V2 M2
V1 pekat                         = 6 . 50 /100
V1                              = 3 ml
5.            Untuk [8]
V1 M1                       = V2 M2
V1 pekat                         = 8 . 50 /100
V1                              = 4 ml

6.            Untuk [10
V1 M1                       = V2 M2
V1 pekat                         = 10 . 50 /100
V1                              = 5 ml
7.            Untuk [12]
V1 M1                       = V2 M2
V1 pekat                         = 12 . 50 /100
V1                              = 6 ml

Catatan: Masing-masing V1 dipipet dari larutan standar sulfat 100 ppm  kemudian diencerkan dalam labu ukur hingga tepat sampai tanda batas.

Data Pengamatan Turbidity Standar
No
Konsentrasi (NTU)
Kekeruhan
1
0,0
4.16
2
2
4,43
3
4
4.60
4
6
4.81
5
8
4.89
6
10
4.92
7
12
5.53

Pengolahan Data Kurva Deret Standar
No
x
y (Turbidity)
x-
y-
(x-)2
(y-)2
(x-) (y-)
1
0,0
4.16
-6
-0.6
36
0.36
3.6
2
2
4,43
-4
-0.33
16
0.109
1.32
3
4
4.60
-2
-0.16
4
0.0256
0.32
4
6
4.81
0
0.05
0
0.0025
0
5
8
4.89
2
0.13
4
0.0169
0.26
6
10
4.92
4
0.16
16
0.0256
0.64
7
12
5.53
6
0.77
36
0.593
4.62
S
42
33.34
∑ =0
∑ =0.02
∑ =112
∑ =1.1326
∑ =10.76
C
6
4.76

Persamaan Regresinya adalah:             y= a + b(x)
                                                              Maka, a= y – b(x)
Pencarian nilai (b)
         b             =
Pencarian nilai (a)
              a= y – b(x)
                = 4.16-  (0)
                = 4.16
Maka persamaan regresinya yang didapatkan adalah: Y = 4.16 +   (x)
Konsentrasi (Cx) larutan tugas
Turbidity larutan tugas        :
No
Nama
Turbidan
1
Lora
4.93
2
Wahyu
4.77
3
Warsa
4.22
4
Arifin
5.10


Persamaan Regenerasi         :           Y = 4.16 +   (x)
1.      Lora à 4.93
4.93 = 4.16 +   (x)
                               C(x)   =
                         C(x) =  8.02
2.      Wahyuà 4.77
4.77 = 4.16 +   (x)
C(x)   =
C(x) = 6.35
3.      Warsaà 4.22
4.22 = 4.16 +   (x)
                               C(x)   =
                         C(x) =0.625
4.      Arifin à 5.10  
5.10 = 4.16 +   (x)
                               C(x)   =
                         C(x) = 9.79







BAB I

PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Refraktometer sebenarnya alat ukur mengukur indeks bias suatu zat. Definisi indek bias cahaya suatu zat adalah kecepatan cahaya didalam hampa dibagi dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Kebanyakan obyek yang dapat kita lihat, tampak karena obyek itu memantulkan cahaya kemata kita. Pada pantulan yang paling umum terjadi, cahaya memantul kesemua arah, disebut pantulan baur. Untuk keperluan ini cukup kita melukiskan satu sinar saja, mustahil ada atau hanya merupakan abstrasi geometrical saja.
Refraktometer Abbe adalah refraktometer untuk mengukur indeks bias cairan, padatan dalam cairan, atau serbuk. Indeks bias merupakan salah satu dari beberapa sifat optis yang penting dari medium suatu bahan.
 Pembiasan cahaya dapat tejadi dikarenakan perbedaan cahaya pada medium yang rapat lebih kecil dibandingkan dengan laju cahaya pada medium yang kurang rapat. Indeks bias pada medium didefinisikan sebagai perbandingan antara kecepatan cahaya dalam ruang hampa dengan cepat rambat cahaya pada suatu medium. Indeks bias akan meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi.
Oleh karena itu agar dapat menambah pengetahuan khususnya mahasiswa untuk dapat memahami prinsip kerja refraktometri dan mentukan konsentrasi gula melalui kurva kalibrasi maka diadakan praktikum “ Penentuan konsentrasi larutan metode refraktometer.

1.2  TUJUAN
1.      Mempelajari dan memahami prinsip kerja alat Refraktometer
2.      Menentukan konsentrasi larutan tugas (Cx)   dengan metoda Refraktometer
3.      Dapat mengunakan peralatan refraktometer

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Refraktometer adalah suatu alat yang digunakan untuk menganalisis sampel berdasarkan atas pengukuran besaran fisika indekx bias. Dalam analisis instrumen, besaran fisika dapat dibedakan atas besaran fisika selektif dan non selektif. Indeks bias larutan sebanding dengan konsentrasi komponen yang dikandungnya. Untuk itu dibuat sederetan larutan standar, kemudian ditentukan indeks bias dengan alat refraktometer ABBE. Kemudian dibuat kurva kalibrasi. Konsentrasi larutan sampel ditentukan dengan mengalurkan indeks biasnya ke kurva kalibrasi.
Bila seberkas sinar dilewatkan dari satu medium ke medium yang lain, akan terjadi perubahan kecepatan sinar. Perubahan kecepatan sinar ini disebut dengan pembiasan perbandingan kecepatan sinar didalam medium vakum dengan medium zat disebut dengan indeks bias (n) dari zat.
Refraktometer adalah suatu alat yang digunakan untuk menganalisis sempel berdasarkan atas pengukuran besaran fisika indeks bias. Dalam analisis instrumen, besaran fisika dapat dibedakan atas besaran fisika selektif dan non-selektif. Suatu campuran yang terdiri dari tiga komponen dapat dianalisis dengan mengukur dua besaran fisika non-selektif dari suatu komposisi sederatan standart yang terdiri dari tiga komponen tersebut.
Besaran fisika tersebut dapat berupa indeks bias dan warna, untuk penentuan warna dibandingkan dengan cara kolorimetri visual sistem standart seri, sedangkan untuk penentuan indeks bias digunakan alat refraktometer ABBE. Kemudian dibuat kurva kalibrasi standart dalam bentuk diagram segitiga dengan memasukkan kedua jenis besaran fisik pengukuran pada dua sisi diagram ini. Untuk menentukan komposisi suatu larutan sampel dapat dilakukan dengan mendapatkan titik potong antar garis kalibrasi warna dan garis kalibrasi indek bias pada nilai besaran cuplikan pada diagram segitiga standart.
Indexs bias adalah perbandingan antara kecepatan sinar didalam medium hampa udara dengan kecepatan sinar didalam medium zat.
 Index bias dilambangkan dengan ”n”
Besarnya harga indeks bias zat tergantung pada density, temperatur dan jenis medium yang dilewati sinar, serta panjang gelombang sinar yang dipakai indeks bias dapat juga disebut sebagai perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias. Indeks bias (datang dari udara ) adalah perbandingan antara sinus sudut datang (i) dengan sinus sudut bias (r).
Jadi refraktometer adalah analisis yang didasarkan pada pengukuran besaran indeks bias (n) dari suatu zat, dimana besaran merupakan fungsi dari komponen.
Ada 3 sistem yang digunakan dalam refraktometris yaitu :
1.         Sistem panas
→ menggunakan pencapaian pemantulan total (diharapkan cahaya keluar ke udara sehingga kita dapat mendeteksinya di udara).
2.         Sistem lensa
→ menentukan titik fokus lensa (terbuat dari kaca). Titik fokusnya dipengaruhi oleh indeks bias medium dan ditentukan oleh titik fokus lensa yang sudah siap dan titik fokus medium bergantung pada sampel.
3.         Pemantulan total
→ keadaan dimana sudut biasnya tepat pada 90 0C. Contohnya fatamorgana yaitu sudut yang dibentuk antara medium dengan pandangan kita sendiri pada keadaan tertentu terjadi pemantulan total.
Jenis alat yang biasa digunakan untuk menentukan indeks bias adalah :
1.      Abble Refraktometer
Ernst Abbe (1840 – 1905) adalah orang pertama yang mengembangkan refraktometer laboratorium. Alat ini merupakan perangkat termudah yang  digunakan untuk mengukur indeks bias sample cair, padat dan plastik.
Syaratnya :
hanya bahan yang jernih, transparan dan Opaque dapat diukur pada sinar yang ditransmisikan dan direfleksikan.Contoh sampel:
-Larutan : alkohol,eter
-Minyak : wax
-Makanan : sari buah,syrup,lar,gula.
- Resin : bahan sintetik
Beberapa Abbe modern refractometers memanfaatkan layar digital untuk pengukuran.  Alat ini dapat juga digunakan untuk mengukur kadar tetapi kita harus membuat kurva standar.
Prinsip pengukuran : dengan sinar yang ditransmisikan sinar kasa atau sumber sinar prisma sampel telescope dicari garis batas dan perpotongan antara hitam dan putih, kemudian dibaca indeks bias pada skala.

2.    Pulfrich refraktometer
- Indeks bias sudah dikonversikan hinga dapat langsung dibaca kadarnya.
- Hanya untuk mengukur kadar zat tertentu saja dan terbatasi jika kadar tidak terbaca misalnya : terlalu pekat maka harus di encerkan. Hasil akhir dikalikan dengan,pengenceran.
Macam-macam Hand Refraktometer:
-Hand Refraktometer brik untuk gula 0–32 %
-Hand Refraktometer salt untuk NaCl 0–28 %

 Hand Refraktometer :
Mempunyai 1 lubang pengamat .
Dibaca skala yang ditunjukan batas biru putih, Catatan : pada waktu meneteskan, jangan sampai ada gelembung udara.
Terjadinya Pembiasan karena cahaya menembus median yang lebih rapat indeks bias dipengaruhi oleh : temperatur dan tekanan. Semakin tinggi temperatur atau semakin rendah tekanan maka kerapatan median semakin kecil. Setelah dipaka, bagian prisma dibersihkan sampai kering.












BAB III
METODOLOGI PERCOABAAN
I.                   Alat Dan Bahan
v  Alat:
o  Refraktometer ABBE digunakan untuk mengukur nilai indeks bias larutan sampel tersebut
o  Tabung reaksi beserta rak tabung reaksi, tebung reaksi digunakan sebagai wadah atau tempat larutan sampel yang akan diukur nilai indeks biasnya, rak tabung reaksi digunakan sebagai tempat dari tabung reaksi tersebut yang telah berisi larutan sampel
o  Buret digunakan sebagai tempat larutan sampel sebelum larutan sampel di masukkan kedalam tabung reaksi,sesuai dengan komposisi yang telah di tugaskan
o  Klem digunakan sebagai penjepit buret yang berisi larutan sampel
o  Gelas piala digunakan untuk penuangan sampel, sebelum di tuangkan kedalam buret, agar sampel tidak tumpah
o  Standart digunakan sebagai tiang penyangga buret dan klem
o  Corong digunakan dalam penuangan sampel kedalam buret.
o  Kertas lebel berguna untuk memberi tanda pada tabung reaksi agar tidak terjadi kekeliruan,sehingga data atau hasil yang di dapat akurat.
Gambar Alat- alat yang digunakan dalam praktikum ini.
                   
REFRAKTOMETER ABBE                                BURET
 


           
       CORONG                   TABUNG-REAKSI                    BATANG-PENGADUK                                              
 


   PIPET TETES                       GELAS PIALA                                  KLEM
v Bahan:
·         Larutan sukrosa 25 % sebagai larutan standar
·         Aquades sebagai pelarut
3.2  Cara Kerja
A.    cara pembuatan larutan standard an sampel
Ø dibuat larutan sukrosa 0, 2, 4, 6, 8, dan 10% dari larutan standar sukrosa 25% dalam labu 50 ml 
Ø ukur indeks bias masing-masing larutan
Ø ganti larutan standar dengan larutan sampel dan tugas, ilakukan pengukuran dengan cara sama
Ø dibuat kurva kalibrasi standar indeks bias  dari larutan ini vs konsentrasi
Ø ditentukan Cx dari larutan tugas 
Cara Pemakaian Refraktometri ABBE
a.      Dihidupkan alat refraktometer dan dibiarkan stabil.
b.     Dibersihkan prisma refraktometer dengan aquades. Lalu dikeringkan dengan kertas tisu.
c.      Diambil larutan standar dan diteteskan 2 tetes larutan standar di atas prisma refraktometer dan ujung pipet tetes jangan sampai menyentuh prisma. Dihimpit prisma dan dinyalakan lampu refraktometer dengan menekan tombol kecil sebelah kiri.
d.     Diatur lensa okuler sampai didapatkan pengamatan yang cukup terang.
e.      Diputar tombol pengatur pemiring prisma (tombol besar sebelah kanan alat) sampai didapatkan bayangan spectrum. Ditetapkan bayangan gelap berada di daerah titik silang dari indikator.
f.      Diputar tombol sebelah kiri alat sampai didapatkan bayangan atau garis batas yang tajam antara daerah gelap dan terang.
g.     Diputar kembali tombol sebelah kanan alat (tombol besar) untuk mendapatkan garis batas yang tepat pada titik silang indikator.
h.     Dibaca skala yang ditunjukkan pada bagian bawah indikator dan dinyatakan dalam empat desimal.
i.       Dilakukan penguuran indeks bias dari larutan deret standar.
j.       Dilakukan juga pengukuran indeks bias larutan tugas (Cx).
k.     Dibuat kurva kalibrasi standar antara indeks bias (n) dengan komposisi standar (%).
Bayangan gelap terang pada refraktometer Abbe dapat dilihat pada gambar berikut.











BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1  HASIL
Nama
Indeks Bias
C(X)%
Lora
1.342
8.4
Warsa
1.346
12
Wahyu
1.340
6.5
Arifin
1.341
7.5
TABEL IV .1 HASIL PERCOBAAN
       IV.2 PEMBAHASAN
Percobaan yang dilakukan pada kali ini yaitu menentukan konsentrasi suatu larutan gula melalui kurva kalibrasi. Percobaan ini berdasarkan pada prinsip bahwa penentuan kadar atau konsentrasi larutan gula  didasarkan  indeks bias larutan gula dengan menggunakan alat refraktometer. Prinsip kerja dari alat tersebut adalah jika cahaya yang masuk melalui prisma cahaya hanya bisa melewati bidang batas antara cairan dan prisma kerja dengan suatu sudut yang terletak dalam batas-batas tertentu yang ditentukan oleh sudut batas antara cairan dan alas.
Perbandingan cepat rambat cahaya dalam ruang hampa (c) dengan cepat rambat cahaya dalam medium (v) disebut indeks bias mutlak dari medium (n). Cepat rambat cahaya dalam medium (v) lebih kecil dibandingkan cepat rambat cahaya dalam ruang hampa (c). Hal ini disebabkan oleh redaman osilasi dari atom-atom dalam medium tersebut. Atau dengan kata lain bahwa cepat rambat cahaya (v) ditentukan oleh atom-atom dalam medium dan ini berakibat pada harga indeks biasnya.
Pembiasan cahaya dapat terjadi apabila perbedaan cahaya pada medium yang rapat lebih kecil dibanding dengan laju cahaya pada medium yang kurang rapat.
Perbedaan indeks bias dari tiap-tiap sampel disebabkan karena kecepatan cahaya pada masing-masing medium atau sampel berbeda-beda, dimana laju cahaya pada kecepatan vakum lebih cepat dari pada laju cahaya ketika sudah melewati suatu medium. Perlambatan ini terjadi karena dalam medium terjadi penyerapan atau absorbs dan hamburan cahaya saat bergerak dari atom ke atom.Untuk penentuan konsentrasi sampel maka digunakan grafik hubungan antara konsentrasi dengan nilai indeks bias. Dan untuk mencari konsentrasi nilai x digunakan persamaan y = Ax + B.
Hasil ini membuktikan bahwa semakin besar konsentrasi gulanya maka semakin besar pula indeks biasnya, ini di pengaruhi oleh kekentalan zat cair, dimana semakin kental zat cair, indeks biasnya semakin besar.
 Begitu pula sebaliknya, semakin encer zat cair maka indeks biasnya semakin kecil; kecepatan rambat cahaya, dimana semakin besar cepat rambat cahaya dalam medium, maka indeks biasnya semakin besar; suhu, dimana semakin besar suhu maka indeks biasnya semakin kecil; panjang gelombang, dimana semakin besar panjang gelombang maka indeks biasnya semakin kecil, tekanan udara permukaan, dimana semakin besar tekanan udara permukaan maka indeks biasnya semakin besar, dan konsentrasi larutan, dimana semakin besar konsentrasi larutan maka indeks bias semakin besar, sebaliknya jika semakin kecil konsentrasi larutan maka indeks biasnya juga semakin kecil.
Semakin besar konsentrasi, maka indeks bias akan semakin besar pula dan sebaliknya.  
BAB V
PENUTUP
V.I KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pengukuran menggunakan refraktometer didasarkan atas prinsip bahwa cahaya yang masuk melalui prisma-cahaya hanya bisa melewati bidang batas antara cairan dan prisma kerja dengan suatu sudut yang terletak dalam batas-batas tertentu yang ditentukan oleh sudut batas antara cairan dan alas. 
Konsentrasi berbanding lurus dengan indeks bias. Semakin besar konsentrasi larutan gula, maka semakin besar pula indeks biasnya. Dari kurva kalibrasi antara konsentrasi dan indeks bias diperoleh persamaan y = 1.333 + 0.107 x Sehingga diperoleh konsentrasi larutan sampel (X)  sebesar sesuai yang tertera pada tabel hasil

 V.2   Saran
Disarankan kepada praktikan selanjutnya agar berhati-hati dan cermat dalam percobaan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.







Lampiran
Membuat larutan standar sukrosa 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 % dari larutan standar sukrosa 25% dalam labu ukur 50 ml
1.      Untuk [0%]
V pekat =
V =  = 0
2.      Untuk [2%]
V =  = 4 ml
3.      Untuk [4%]
V =  = 8 ml
4.      Untuk [6%]
V =  = 12 ml
5.      Untuk [8%]
V =  = 16 ml
6.      Untuk [10%]
V =  = 20 ml

Maka dipipet masing – masingnya dan dienserkan dengan aquades sampai batas yang ada pada labu ukur 50 ml.
Pengolahan Data Hasil Pengukuran
No
Konsentrasi  (x)
Indeks Bias (y)
x-
y-
(x-)2
(y-)2
(x-) (y-)
1
0%= 0.0
1.333
-0.05
-0.0045
2.5 x10-3
2.025x10-5
2.025x10-4
2
2%= 0.02
1.335
-0.03
-0.0025
0.9x10-3
0.625x10-5
0.75x10-4
3
4%= 0.04
1.335
-0.01
-0.0025
0.1 x10-3
0.625x10-5
0.25x10-4
4
6%= 0.06
1.338
   0.01
0.0005
0.1 x10-3
0.025x10-5
0.05x10-4
5
8%= 0.08
1.340
0.03
0.0025
0.9x10-3
0.625x10-5
0.75x10-4
6
10%= 0.1
1.344
0.05
0.0065
2.5 x10-3
4.225x10-5
3.25x10-4

∑ = 30%=0.3
∑ = 8.025
∑ = 0.0

∑ = 0.000


∑=  6.6.10-3


∑ =1.358x10-5


∑ = 7.075x10-4


=5%=0.05
=1.3375






b     =
 = 0.107
Persamaan Regresi
          =  a + b
1.333      = a + 0.107(0)
a         = 1.333
Persamaan regresinya : y = 1.333 + 0.107 x
Larutan tugas C(X)
Lora à indeks bias = 1.342
Y              = 1.333 + 0.107 x
X              =  0.084
Warsa à indeks bias = 1.346
Y              = 1.333 + 0.107 x
X              =  0.12
Wahyu à indeks bias = 1.340
Y              = 1.333 + 0.107 x
X              =  0.065
Arifin  à indeks bias = 1.341
Y              = 1.333 + 0.107 x
X              =  0.075




No comments:

Post a Comment

jangan lupa koment di kolom komentar ya !!!
saran, kritik,pertanyaan dan pendapat

SIMULASI SINTESIS BIODIESEL MENGGUNAKAN SOFTWARE ASPEN HYSYS DAN ASPEN PLUS

  SIMULASI SINTESIS BIODIESEL MENGGUNAKAN SOFTWARE ASPEN HYSYS DAN ASPEN PLUS Oktriza Lora *, Chykita Arnel Faculty of Industrial ...